Insentif untuk Tangkal Virus Korona Disebut Belum Maksimal, Ini Alasannya

Giri Hartomo, Jurnalis
Jum'at 13 Maret 2020 07:39 WIB
Pajak (Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Pemerintah menyiapkan berbagai macam stimulus untuk menangkal dampak virus Korona kepada ekonomi Indonesia. Misalnya saja stimulus ekspor impor pada industri manufaktur dengan mengurangi aturan larangan terbatas (lartas).

Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira mengatakan, insentif yang dikeluarkan oleh Indonesia masih belum maksimal untuk menggenjot ekspor. Karena permintaan ekspor produk Indonesia juga turun di beberapa negara.

 Baca juga: Ada Virus Korona, Indonesia Butuh Stimulus Diskon Listrik hingga Suku Bunga

"Insentif masih belum optimal untuk menggenjot ekspor. Faktor utama nya adalah penurunan permintaan di negara tujuan utama ekspor," ujarnya saat dihubungi Okezone, Jumat (13/3/2020).

Menurut Bhima, seharusnya pemerintah mencari pasar-pasar ekspor baru. Misalnya dengan mempercepat kerjasama dengan negara non tradisional.

Selain itu, pemerintah juga perlu untuk mendorong pemberian insentif untuk impor. Khususnya untuk produk impor bahan baku agar industri dalam negeri tetap bisa berjalan.

 Baca juga: Ada Insentif Kedua Antisipasi Korona, Menko Airlangga: Ini untuk Sektor Manufaktur

"Jadi tugas pemerintah adalah mendorong ke pasar pasar alternatif lainnya. Buat kerjasama dengan negara non tradisional secara cepat, untuk turunkan bea masuk misalnya," jelasnya.

Namun lanjut Bhima, pemerintah juga perlu berhati-hati. Karena terlalu mudah dan banyaknya arang impor juga bisa berdampak pada matinya perusahaan perusahaan dalam negeri.

Pemerintah juga perlu memberikan porsi kepada produsen lokal untuk memberikan kontribusi lebih besar lagi. Sehingga neraca dagang Indonesia juga tetap seimbang antara impor dan ekspor.

"Kemudian soal kemudahan impor, ini hati hati yang rugi bisa produsen dalam negeri. Sebelumnya pemerintah getol sekali untuk dorong substitusi impor. Tapi ketika kesempatan untuk produsen lokal mengisi kekosongan impor bahan baku, justru dipermudah impornya. Ini cukup blunder ke neraca dagang," kata Bhima.

(Fakhri Rezy)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya