NEW YORK - Harga minyak mentah turun tajam pada perdagangan Selasa, dengan harga minyak AS kembali ke level USD20 per barel. Investor menilai penurunan permintaan bahan bakar karena pandemi corona tidak bisa diimbangi dengan rencana produsen untuk memulai pengurangan produksi global.
Di mana negara-negara penghasil minyak global diperkirakan akan mengurangi produksi sebanyak 19,5 juta barel per hari. Hanya saja pemangkasan stok minyak tersebut dilaksanakan secara perlahan dan dalam beberapa kasus tidak akan dimulai selama berminggu-minggu.
Sebaliknya, permintaan anjlok sekitar 30% di seluruh dunia beberapa minggu lalu, menyebabkan kilang dan produsen tiba-tiba terjebak dengan minyak untuk memasukkannya ke dalam pengisian yang cepat.
Baca Juga: Kesepakatan OPEC Pangkas Produksi Tak Buat Harga Minyak Naik
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS CLc1 turun USD2,30 atau 10,3% menjadi USD20,11 per barel. Minyak mentah berjangka Brent LCOc1 turun USD2,14 atau 6,7% menjadi USD29,60 per barel.
Kedua tolok ukur harga minyak tersebut sudah turun lebih dari 50% tahun ini. Di sisi lain, para analis memuji kebijakan Arab Saudi dan produsen besar lainnya untuk memangkas produksi, tetapi para produsen itu mengejar ketinggalan permintaan yang jatuh bebas.
Sebagian besar pengurangan yang diamanatkan berasal dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +. Kelompok itu sepakat akhir pekan ini untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari pada Mei dan Juni. Sisanya dari Amerika Serikat, Kanada, dan lainnya, akan datang sebagai akibat dari harga yang lemah dan terjadi seiring waktu.
"Dengan perkiraan kehancuran permintaan mulai dari 15 juta hingga 22 juta barel per hari pada April 2020 dan langkah-langkah ini bahkan tidak diberlakukan sampai Mei, kita cenderung melihat perubahan besar dalam jangka pendek," kata Direktur Penelitian Investasi WisdomTree Nitesh Shah, dilansir dari Reuters, Rabu (15/4/2020).
Persediaan minyak mentah AS naik 13,1 juta barel dalam sepekan hingga 10 April menjadi 486,9 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan Selasa. Analis mengharapkan membangun 11,7 juta barel, setelah stok naik dengan rekor 15,2 juta barel minggu sebelumnya.
"Jika penyimpanan AS terus meningkat pada rekor sepanjang masa minggu lalu sebesar 15 juta, akan membutuhkan waktu delapan minggu untuk penyimpanan di AS untuk mencapai kapasitas maksimum," kata Direktur Energi Mizuho Securities Bob Yawger.
(Feby Novalius)