LONDON - Kesepakatan global untuk pemangkasan produksi berdampak minimal terhadap harga minyak. Produsen minyak menghadapi "gunung" untuk bisa membuat harga minyak naik di tengah permintaan stok yang menurun akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
Sebelumnya, setelah beberapa hari musyawarah, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia membuat perjanjian untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari dalam periode Mei dan Juni. Jumlah tersebut setara 10% dari pasokan global.
Baca Juga: OPEC dan Rusia Sepakati Pemangkasan Produksi buat Harga Minyak Naik
Namun usai kesepakatan itu, pasar minyak hampir tidak mengangkat bahu. Minyak mentah Brent naik 1,5% pada perdagangan Senin, sementara minyak mentah AS mengakhiri hari lebih rendah.
Dengan demikian, langkah ini menggarisbawahi apa yang sudah dipahami baik oleh investor dan produsen, bahwa mengurangi pasokan dalam menghadapi penurunan permintaan hingga 30%, hanya membuat kenaikan yang tidak terlalu tinggi.
Baca Juga: OPEC Setujui Pemangkasan Pasokan Minyak hingga 9,7 Juta Barel
Pemotongan oleh OPEC + mungkin sudah lebih dari empat kali, setelah kesepakatan yang ditetapkan pada 2008. Namun pengurangan tetap dikerdilkan oleh penurunan permintaan yang diprediksi oleh beberapa peramal menjadi sebanyak 30 juta barel per hari di April.
"Bahkan jika pemotongan ini memberikan dasar untuk harga, mereka tidak akan dapat mendorong harga ke skala inventaris yang sedang kita bangun," Kata Analis Aspek Energi Virendra Chauhan, dilansir dari Reuters, Selasa (14/7/2020).
Menurutnya, tidak ada komitmen keras dari para produsen minyak lainnya dalam pengurangan pasokan minyak ini. Seperti produsen Amerika Serikat dan Kanada tidak berkomitmen langsung untuk pengurangan. Namun, shale output AS menyumbang sekitar 75% dari keseluruhan produksi minyak mentah AS, diperkirakan turun hampir 400.000 barel per hari pada Mei.