Mencari Pundi-Pundi Keuangan Baru di Tengah Ancaman PHK Akibat Covid-19

Feby Novalius, Jurnalis
Kamis 16 April 2020 14:41 WIB
Virus Corona Berdampak pada PHK Pekerja. (Foto: Okezone.com)
Share :

JAKARTA – Bagaikan petir di siang bolong, perasaan Eka berkecamuk tak kala menerima telepon dari tempatnya bekerja. Pihak kantor mengabarkan bahwa Eka terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), setelah beberapa hari kantornya menerapkan work from home.

Pemilik nama lengkap Eka Safitri adalah seorang ibu dari dua anak. Sudah 7 tahun dia menggantungkan hidupnya dengan bekerja di sebuah restoran di bilangan Kemayoran, sebagai accounting.

“PHK disampaikan lewat telepon itu sangat menyakitkan. Apalagi pas video call teman-teman, karena ada yang sudah terima telepon sudah di-PHK. Ada yang belum juga. Saya sangat sedih," tuturnya, kepada Okezone.

Baca Juga: Kadin: Persiapkan Ekonomi RI Pasca-Virus Corona

Eka memahami, apa yang dilakukan tempatnya bekerja merupakan imbas dan upaya mencegah Covid-19. Untungnya sang suami hingga saat ini masih bekerja di sebuah persahaan jasa pasang internet perkantoran. Namun itu pun tidak bisa memberinya jaminan aman dari PHK, lantaran sedang sepi order. Eka pun khawatir akan nasib keluarga kecilnya.

Ketakutan akan di-PHK juga disampaikan salah satu pegawai e-commerce. Sebut saja namanya Ida Trimurti. Dia mengungkapkan, bahwa kantornya sudah melakukan perundingan dengan seluruh pekerja. Di mana informasi yang disampaikan adalah pemotongan gaji sebesar 50% untuk bulan ini.

"Saya bulan ini gajinya hanya 50%. Perusahaan menjelaskan ini karena dampak virus corona," tuturnya.

Namun, lanjut Ida, ada kabar yang lebih mengerikan, di mana bila virus corona terus berlarut. Maka, perusahaan sudah menyampaikan akan tutup alias bangkrut. "Kalau sampai lama, Juni malah ditutup," keluhnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Ekonomi RI Bisa Tumbuh Negatif di Dua Kuartal

Dua sekelumit kisah Eka dan Ida merupakan potret bagaimana pandemi virus corona atau Covid-19 berdampak pada menurunnya kinerja perusahaan. Pelaku usaha pun mulai melakukan efisiensi menyikapi meluasnya dampak virus mematikan.

Pengangguran dalam Angka

Pemerintah juga sudah mengakui bahwa pandemi virus corona membuat angka pengangguran meningkat. Bahkan, dalam hitung-hitungan dengan skenario lebih berat, angka pengangguran bertambah mencapai 5,2 juta orang.

"Skenario berat ada kenaikan sampai 2,9 juta orang pengangguran baru dan skenario lebih berat ada kenaikan 5,2 juta," tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Sri Mulyani memberikan prediksi bahwa pemulihan ekonomi akan bisa berjalan paling tidak mulai kuartal terakhir tahun 2020 dan akselerasinya dilakukan di tahun 2021.

“Pertumbuhan ekonomi kita untuk kuartal kedua dan ketiga ini tekanannya akan sangat berat. Pada skenario kita yang berat itu ada di titik mendekati 0. Dan kalau untuk kuartal keduanya itu akan mendekati 0 atau bahkan mungkin bisa negatif. Namun di kuartal ketiga kita harapkan sudah mulai recovery,” ujar Menkeu, usai rapat dengan Presiden belum lama ini.

Menkeu memproyeksikan, tekanan pada kuartal kedua dan ketiga sangat besar, yaitu pertumbuhan bisa mendekati 0 dan 1,5 atau negatif di minus 2%. Diharapkan recovery sudah mulai pada kuartal terakhir tahun ini serta momentum ini akan terus diakselerasi di tahun 2021.

Optimistis dan Kreatif

Meski di tengah kesulitan, ada hal-hal positif yang bisa dilakukan masyarakat di tengah pandemi ini. Bahkan, bisa menjadi bisnis baru yang bisa menambah pundi-pundi uang.

Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengatakan, di tengah mewabahnya virus corona atau Covid-19 saat ini, pasti ada peluang atau kesempatan (opportunity) bagi pelaku usaha mengembangkan bisnisnya.

Maka dari itu, di saat-saat penuh tantangan seperti ini, kuncinya adalah optimisme, kreativitas, inovasi. "Wabah SARS di Tiongkok pada 2003 lalu menjadi momentum pertumbuhan toko online.

“Taobao milik Alibaba yang kini mendunia. Artinya, jika melihat dengan jernih, selalu ada peluang di balik musibah," ucap Rhenald.

Kejernihan berpikir itulah yang juga menjadi perhatian Rhenald. "Saya ingin masyarakat dan pelaku usaha mendapat pegangan agar tetap bisa berpikir jernih di saat seperti ini," terangnya.

Sebuah studi lainnya dari Decoding The Economic of Covid-19 : Potential Winners & Losers in The Short Term mengungkapkan, ada sejumlah area usaha yang berpotensi menjadi pemenang di masa wabah ini.

Dirincikan, area bisnis yang berpotensi menguntungkan antara lain pertanian, personal healthcare, produk buah sayuran, suplai obat dan layanannya.

Harapan di Tengah Covid-19

Kejernihan pikiran dan inovasi itu ternyata dilakukan oleh Renata. Di tengah ancaman PHK, mantan pekerja swasta ini justru sukses menjual ribuan hand sanitizer. Renata mengaku awalnya tidak menyangka hal ini menjadi bisnisnya. Sebab, pada awal memulai usahanya, dirinya hanya berniat menolong saudara-saudara yang membutuhkan hand sanitizer, karena dirinya memiliki alat untuk membuat pembersih yang fungsinya sangat tepat dalam upaya pencegahan virus corona.

"Kebetulan saya punya mesin yang bisa bikin hypochlorous acid yang bagus untuk jadi hand sanitizer ataupun disinfektan. Saya tidak jualan hand sanitizer, hanya untuk pemakaian pribadi saja.

Awalnya juga mau ngebantu karena saya lebih beruntung di saat orang-orang butuh hand sanitizer, saya tinggal bikin saja," tuturnya saat dihubungi Okezone.

Kemudian, lanjut Renata, hand sanitiner tersebut diunggah dalam salah satu akun media sosialnya. Hal ini pun mengundang banyak orang untuk memesan, karena momentnya tepat di tengah pandemi virus, banyak orang butuh pembersih tangan.

"Saya iseng post di Instagram, siapa tau ada yang butuh, eh taunya banyak banget yang butuh dan pesen. Saya juga tidak nyangka bisa sebanyak itu yang pesen. Teman dan saudara-saudara juga ikut post di instagram sehingga makin banyak orang lain yang order," tuturnya.

Meski sudah menjadi ladang bisnis yang menjanjikan di tengah virus corona, Renata mengaku apa yang dibuat dan dijualnya tidak membuatnya gelap mata. Dirinya hanya mengambil untung sedikit karena botol untuk hand sanitizer sekarang sudah melonjak, dari Rp3.000 naik menjadi Rp8.000.

"Karena niat saya dari awal untuk membantu orang lain, saya tidak menaikkan harga secara drastis, hanya sesuai kenaikan harga botol saja.

Bahkan kalau ada yang order dan kebutuhannya untuk donasi, saya kasih potongan harga lagi," ujarnya.

"Sekali lagi memang saya dapat untung dari kesempatan ini, tapi saya rasa tidak bijak untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya di keadaan seperti saat ini. Saya hanya mau membantu sesama. Dapat keuntungan itu adalah bonus," pungkas Renata. (Rhs)

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya