JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan jumlah perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut menyusul adanya pandemik virus corona (covid-19) yang berdampak pada perekonomian.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan, adanya virus corona membuat dirinya berfikir realistis. Sebab, akan ada beberapa perusahaan yang akhirnya mengurungkan niatnya untuk IPO.
Baca juga: IHSG dan Kapitalisasi Pasar Bursa Kompak Turun 26%
Bahkan menurutnya, pada tahun ini jumlah perusahaan yang IPO akan lebih rendah dibandingkan 2018 maupun 2019. Pada tahun 2019, jumlah perusahaan yang melakukan IPO pada sebanyak 57 emiten.
Saat itu, Dana segar yang diperoleh dari IPO sepanjang 2018 senilai Rp15,67 triliun. Sementara pada tahun 2019, jumlahnya turun tipis menjadi 55 perusahaan dengan raihan nilai emisi sebesar Rp14,78 triliun.
Baca juga: Penurunan IHSG Tahun Ini Belum Seburuk Krisis Global 2008
"Apakah mungkin seperti 2018 dan 2019? Realistis saja tentunya akan lebih rendah," ujarnya dalam teleconfrence, Jumat (24/4/2020).
Meskipun begitu, masih ada beberapa perusahaan yang masih berminat untuk IPO meskipun ada pandemi corona. Bahkan jika dibandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) lainnya, pada Maret 2020 Indonesia masih lebih unggul.
Misalnya, Malaysia tercatat hanya 7 perusahaan menawarkan saham, lalu Singapura 3 perusahaan, dan Thailand 2 perusahaan. Sedangkan bursa saham Indonesia kedatangan 19 perusahaan baru hingga akhir Maret.
Baca juga: Meskipun Ada Covid-19, 18 Perusahaan Antre Mau IPO
"Posisi Maret di Asia Tenggara kami yang tertinggi. Jadi kami tetap harus bandingkan dengan lingkungan kami karena kondisi global ini dampaknya kepada semua negara," jelasnya.
Bahkan di Indonesia sudah ada 18 perusahaan yang sudah masuk daftar tunggu IPO (pipeline). Lalu ada 4 perusahaan yang berencana menerbitkan obligasi atau surat utang baru, 5 perusahaan yang akan mencatatkan efek lainnya seperti Exchange Traded Fund (ETF) dan dan 1 perusahaan Dana Investasi Real Estate (DIRE).
"Kami tidak hanya kejar dari sisi angka tapi juga kualitas," kata Nyoman.
(Fakhri Rezy)