JAKARTA - Dalam melakukan perubahan terutama dalam mengkampanyekan 'New Normal', perlu bahasa yang dapat dimengerti oleh segala kalangan. Hal ini agar dapat dicerna maksud dan tujuan dari perubahan tersebut.
Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya, dengan istilah bahasa Inggris ini khawatirnya disalahartikan. Di mana, masyarakat mengartikan kondisi normal ini merupakan kondisi yang kembali normal.
Baca juga: Pulihkan Ekonomi dengan Subsidi Bunga hingga Penempatan Dana
"Ini pakai istilah bahasa Inggris yang lebih sulit dimengerti dan bikin orang harus berpikir panjang dulu. Khawatirnya dipahami sebagai New Normal adalah sudah normal kembali (Back To Normal) sehingga bisa aktivitas seperti sebelum ada Covid-19," ujarnya saat dihubungi Okezone, Rabu (20/5/2020).
Menurut Berly, menyarankan agar menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh masyarakat. Artinya tidak perlu menggunakan istilah bahasa Inggris seperti yang dilakukan negara-negara lain.