Lalu kelompok pengeluaran yang terakhir adalah pengeluaran yang sifatnya produktif ternyata konsumtif. Salah satu contohnnya adalah ketika masyarakat membeli motor yang hargannya akan jatuh dalam beberapa waktu ke depan.
"Pengeluaran tampaknya produktif tapi konsumtif. Misalnya nyicil motor CBR cicilan Rp1,5 juta, DP Rp9 juta tenyata diitung itung itu Rp60 jutaan. Kalau tiga tahun dijual itu cuma Rp18 juta jadi dia rugi Rp42 juta," kata Tung Dasem.
Menurut Tung Desem, orang kaya bukan berarti tidak boleh mengeluarkan uangnnya untuk konsumsi. Hanya saja, harus disesuaikan dengan kemampuannya dan tetap jangan lebih besar dari pendapatan.
Sebagai salah satu contohnya, ketika orang berpenghasilan sebesar gajah, maka konsumsi untuk lifestyle-nya harus dikontrol sebesar kerbau saja. Sebab menurutnya, jika terlalu besar maka sesorang akan rugi.
"Orang kaya bukan orang yang mempunyai banyak uang. Tapi yang punya banyak pasif income atau aset yang menghasilkan," kata Tung Desem Waringin.
(Dani Jumadil Akhir)