JAKARTA – Para pengembang harus mengalihkan biayanya untuk melakukan pemasaran digital di tengah sulitnya menjual produk properti, karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Apabila, tak melakukan hal itu, mereka akan tergerus di tengah sengitnya persaingan bisnis tersebut.
Founder Panangian school of Property Panangian Simanungkalit mengatakan, dalam menjalani pemasaran digital dibutuhkan sebuah tambahan dana untuk berinvestasi. Namun, hal itu akan bermanfaat di tengah susahnya melakukan promosi tatap muka sebelum adanya pandemi Covid-19.
Baca juga: Dihantam Corona, Airbnb Minta Tamu Sumbangkan Uang untuk Pemilik Rumah
“Pengembang dikondisikan untuk mengubah cara lama, mengundang pameran, tidak bisa lagi. Selama pandemi masih ada dan sebelum vaksin belum ditemukan, maka satu-satunya cara teknologi, virtual marketing atau digital marketing,” kata Panangian dalam acara Market Review di IDX Channel, Selasa (28/7/2020).
Dia mengingatkan kepada para pengembang agar tak pernah ragu untuk mengubah haluan ke pemasaran elektronik. “Ingatlah biaya pemasaran itu tidak lebih dari 5 persen. Apapun caranya itu selalu tidak lebih dari 5 persen. Jadi kalau penjualan Rp 10 miliar, dia (pemasarannya)Rp 500 juta. Jadi sebenarnya tidak selalu signifikan, cuma uangnya di depan, itu masalahnya. Ini ujian bagi pengembang,” ujarnya.