"Karena asuransi umum investasinya cenderung sedikit karena hit and run. Satu tahun jatuh tempo selesai, biasanya dipilih premi baru. Beda dengan asuransi jiwa yang hitung-hitungan aktuarianya njelimet karena jangka panjang," cetus Ihsan.
Dalam menghadapi kondisi seperti ini, dia menyebutkan bahwa OJK dituntut untuk membuat balancing. Saat ini pihaknya juga menyadari, tentunya dari sisi pengawasan, OJK perlu perbaikan dan juga tambahan personil.
"Moga-moga ke depan OJK bisa jadi regulator yang baik dan ideal untuk pengembangan industri. Dan juga di sisi lain, konsumen atau pemegang polis juga terlindungi," tutur Ihsan.
(Fakhri Rezy)