Namun menurut Andi, di satu sisi investasi properti juga sedang menarik. Mengingat, para developer atau pengembang ini sedang memberikan promo besar-besaran dari mulai diskon harga, pemangkasan lamanya cicilan hingga bebas uang muka (Down Payment/DP).
Namun harga asli dari properti yang dijual ini tidak pernah turun. Bahkan menurutnya, jika di rata-rata dalam kondisi normal, pertumbuhan harga properti dibandingkan logam mulia jauh lebih tinggi
"Tapi di satu sisi properti itu lagi menarik menurut saya. Kenapa ? Karena masa pandemi harganya banyak yang diskon," kata Andi.
Namun yang menjadi kekurangan dari properti adalah jika ingin dijual kembali membutuhkan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan logam mulia seperti emas yang kapan pun dan di mana pun bisa dijual kembali dengan mudah.
Oleh karena itu lanjut Andi, untuk meminimalisir risiko di atas, maka ada baiknya untuk membagi dua investasi. Pertama adalah untuk properti sebesar 60% dan sisanya untuk logam mulia emas dengan catatan modal yang dimiliki mencukupi.
"Makanya kalau tidak ada isu modal awal ambil saja juga properti. Mungkin saranku bisa 50-50 atau mungking 60-40," kata Andi.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)