JAKARTA - Ekonomi Singapura resmi masuk ke jurang resesi setelah mencatat minus 42,9% pada kuartal II 2020.
Pengamat Ekonomi Josua Pardede mengatakan kontraksi ekonomi Singapura pada kuartal II 2020 utamanya disebabkan oleh penurunan volume perdagangan global, seiring dengan sifat negara Singapura sebagai salah satu hub perdagangan global.
Tercatat bahwa nilai ekspor Singapura mencapai sekitar 176% dari PDBnya, sementara nilai impor dapat mencapai 150% dari PDB.
Baca Juga: Resmi Resesi, Ekonomi Singapura Minus 13,2% di Kuartal II-2020
Dengan terhambatnya perdagangan global, tentunya pertumbuhan ekonomi juga akan terhambat, dan hal inilah yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Singapura sebesar -13,2%yoy, dan secara resmi terjadi resesi.
"Resesi Singapura ini akan sedikit berdampak pada Indonesia mengingat ekspor Indonesia ke Singapura mencapai 5%-6% total ekspor Indonesia," ujar Josua saat dihubungi di Jakarta, Rabu (12/8/2020).
Baca Juga: Kerja Keras dalam 3 Bulan, Presiden Jokowi: Supaya Ekonomi RI Tak Resesi
Berbeda dengan negara Singapura, perekonomian Indonesia utamanya tersusun dari konsumsi domestik, yang mencapai lebih dari 50% dari PDB sehingga dampak terhambatnya perdagangan global masih cenderung terbatas bila dibandingkan dengan Singapura.
"Dengan demikian, dalam menjaga perekonomian Indonesia, diperlukan kebijakan-kebijakan dalam menjaga daya beli masyarakat agar kontraksi di perekonomian tidak terlalu dalam," ungkap dia.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengeluarkan data terbaru soal Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura. Hasilnya lebih buruk dari perkiraan yang telah ditetapkan.