JAKARTA - Industri logam di dalam negeri terus memperkokoh daya saingnya hingga kancah global. Capaian ini membuktikan bahwa produk lokal semakin kompetitif sekaligus memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional.
“Dalam hal ini, kami memberikan apresiasi kepada PT Tata Metal Lestari, karena di tengah kondisi pandemi Covid-19 mampu menyumbang devisa melalui ekspornya,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Doddy Rahardi di Jakarta, Minggu (16/8/2020).
Kepala BPPI menyampaikan, PT Tata Metal Lestari mengekspor sebanyak 100 kontainer baja berlapis aluminium seberat 2.000 ton ke pasar Australia, Thailand dan Puerto Rico (Amerika Serikat).
Baca Juga: Geber Ekspor dan Ekonomi Bangkit, Strategi Era Soeharto Bisa Ditiru
“Ini menjadi wujud nyata dari industri manufaktur kita, bahwa di tengah tekanan pandemi masih bisa bersaing, bahkan melakukan ekspor,” tuturnya.
Pelepasan ekspor tersebut juga sejalan dengan tema peringatan HUT ke-75 Republik Indonesia, yakni Indonesia Maju.
“Hal ini sekaligus menjadi momentum kebanggan bagi kita, yang juga sedang mengkampanyekan gerakan Bangga Buatan Indonesia. Kami terus mendorong sektor industri lebih berkreasi dan berkarya tanpa batas, sehingga mimpi kita jadi kenyataan,” imbuhnya.
Guna memacu daya saingnya, Kemenperin mendorong sektor industri logam di tanah air untuk bisa bertransformasi menuju industri 4.0. “BPPI terus mendampingi sektor manufaktur bertransformasi ke arah industri 4.0, yang salah satu tujuannya adalah menciptakan daya saing global,” terang Doddy.
Apalagi, industri logam dikategorikan sebagai mother of Industry karena produk logam dasar merupakan bahan baku utama yang menunjang bagi kegiatan sektor industri lain seperti industri otomotif, maritim, elektronika, dan sebagainya.
Baca Juga: Jokowi Bakal Habiskan Duit Rp2.700 Triliun, RI Selamat dari Resesi?
Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendampingi sektor manufaktur dalam bertransformasi menuju industri 4.0 yang salah satu tujuannya adalah menciptakan daya saing global. Selain di sektor prioritas seperti industri makanan dan minuman, kimia, tekstil, otomotif dan elektronika, sektor industri logam juga dinilai penting untuk bertransformasi guna mendukung kesiapan menuju era digital 4.0 karena industri ini merupakan mother of industries.
“Industri logam ini adalah mother of Industry karena produk logam dasar merupakan bahan baku utama yang menunjang bagi kegiatan sektor industri lain seperti industri otomotif, maritim, elektronika, dan sebagainya,” terang Doddy Rahardi.
Di kesempatan yang sama, CEO PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi mengatakan, pasar ekspor bisa menjadi tolak ukur bagi produk yang dihasilkan manufaktur yang telah bertransformasi ke era 4.0 karena standar yang ditentukan di berbagai negara sangat tinggi dan berbeda-beda pula.
“Buah dari penerapan project Indi 4.0 ini adalah efisiensi yang berujung pada kualitas. Sehingga produk Tata Metal dipercaya oleh pasar global. Terbukti dengan telah menembus pasar ekspor di 8 negara seperti,” terangnya kepada wartawan.
Selain itu Stephanus juga berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan negara di tengah pandemi Covid-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.
“Ekspansi PT Tata Metal Lestari ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menguatkan posisi neraca dagang Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19 ” jelasnya.
(Feby Novalius)