JAKARTA - Resesi merupakan kondisi ketika produk domestik bruto atau GDP mengalami penurunan. Tentunya resesi juga mengakibatkan penurunan secara simultan pada setiap aktivitas di sektor ekonomi.
Sama halnya dengan keadaan ekonomi saat ini. Hampir seluruh belahan dunia mengalami penurunan di sektor perekonomian. Terjadinya resesi ekonomi sering kali diindikasikan dengan menurunnya harga-harga yang disebut dengan deflasi atau sebaliknya.
Baca Juga: Sri Mulyani Akui Dampak Covid-19 Mengerikan, Buktinya Banyak Negara Resesi
Jika tak segera diatasi, resesi akan berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga menjadi depresi ekonomi. Untuk itu, ada beberapa indikator yang harus dipahami kapan suatu negara memasuki masa resesi ekonomi. Seperti yang dilansir dari buku Mewaspadai Terulangnya Krisis Ekonomi 1998 & Upaya Pencegahannya karya Eri Hariyanto, Jakarta, Jumat (28/8/2020).
1. Ketidakseimbangan antara produksi dengan konsumsi
Keseimbangan di antara kedua jelas menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Ketika terjadi produksi dan konsumsi yang tidak seimbang, akan terjadi masalah dalam siklus ekonomi.
Baca Juga: Indonesia Resesi, Ini Tanda-Tanda dari Sri Mulyani
2. Perlambatan pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dalam skala global digunakan sebagai ukuran untuk menentukan baik buruknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan secara signifikan, artinya negara tersebut dalam kondisi ekonomi yang kuat.
3. Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi
Inflasi di satu sisinya memang diperlukan untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Namun, inflasi terlalu tinggi justru mempersulit kondisi ekonomi, karena harga komoditas melonjak sehingga tak bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.