JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah menyikapi kebijakan Federal Reserve yang akan membuat suku bunga AS tetap pada rekor terendah untuk jangka waktu panjang. Melemahnya dolar membuat Pound Inggris mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
Pound menguat 0,3% menjadi USD1,3415 atau menjadi level tertinggi sejak pertengahan Desember 2019. Sementara itu terhadap euro, pound naik 0,3%.
Namun demikian, kenaikan Pound dibatasi karena kebuntuan dalam negosiasi Brexit dan menjelang pidato Gubernur Bank of England Andrew Bailey. Demikian dilansir dari CNBC, Rabu (2/9/2020).
Baca Juga: Kebijakan The Fed Dorong Dolar AS ke Level Terendah
Minggu lalu, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan Bank of England diperkirakan mendapatkan keuntungan terbesar untuk pembelian obligasi. Hal ini pun menjadi amunisi untuk mendukung ekonomi Inggris di tengah virus corona.
Sebagai tanda bahwa kenaikan Pound telah didorong oleh melemahnya dolar, kinerja mata uang Inggris terhadap Euro dan Yen Jepang juga menguat.
Baca Juga: The Fed Incar Inflasi 2%, Indeks Dolar Naik Tipis
Meski demikian, laporan tentang rencana kenaikan pajak di Inggris, mengimbangi lonjakan pengeluaran publik selama pandemi. Dengan demikian Pound pun gagal untuk naik lebih tinggi.
Sebelumnya, kurs Dolar Amerika Serikat (AS) mencapai level terendah atau mengalami kerugian empat bulan berturut-turut pada perdagangan Senin waktu setempat. Hal tersebut karena Federal Reserve melakukan perubahan kebijakan terkait inflasi.
Terhadap sekeranjang mata uang, Dolar AS pun turun 0,15% pada level 92,097. Secara keseluruhan dolar turun 1,24% selama Agustus atau menjadi pelemahan terburuk dalam lima tahun dan kerugian bulanan terpanjang sejak musim panas 2017.
Analis Commerzbank menilai para investor menyesuaikan pidato yang disampaikan Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Di mana The Fed melakukan perubahan kebijakan akomodatif yang diyakini dapat mengakibatkan inflasi bergerak sedikit lebih tinggi dan suku bunga tetap lebih rendah dengan waktu yang lama.
"Jika seseorang memperkirakan daya beli dolar domestik akan terkikis lebih cepat (seperti itulah inflasi), sulit untuk berasumsi bahwa hal itu akan mempertahankan daya beli di pasar FX dalam jangka panjang," tulis riset Commerzbank, dilansir dari CNBC. (fbn)
(Rani Hardjanti)