JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan kerjasama internasional untuk mewujudkan kemandirian budidaya udang berkelanjutan di Indonesia. KKP pun menggandeng Oceanic Institute of Hawai'i Pacific University, salah satu lembaga riset berbasis di Honolulu, Negara Bagian Hawai'i, Amerika Serikat (AS).
Penandatangan Letter of Intent (LOI) dilakukan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto bersama Direktur Eksekutif, Wakil Presiden Senior, dan Rektor Hawai'i Pacific University di Kantor Oceanic Institute, Waimanalo, Hawai'i.
Baca Juga: Harkannas, KKP Beberkan Manfaat Konsumsi Ikan
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyaksikan langsung penandatanganan kerja sama tersebut didampingi Konsul Jenderal RI Los Angeles, Saud Purwanto Krisnawan.
"Kami berharap ke depannya kerjasama KKP dengan Ocean Institute dapat segera diimplementasikan untuk membantu Indonesia mencapai target peningkatan produksi udang,” ujar Menteri Edhy dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/11/2020).
Baca Juga: Menteri Edhy Terbang ke AS, Ada Apa?
Kerjasama KKP dengan Oceanic Institute of Hawaii Pacific University mencakup transfer teknologi dan transfer pengetahuan yang terkait dengan produksi induk udang unggul melalui pembangunan Broodstock Center Udang. OI sendiri merupakan produsen induk udang nirlaba yang telah mengembangkan induk udang unggul baik unggul dalam pertumbuhan maupun Bebas Penyakit Udang.
OI yang didirikan pada tahun 1962 merupakan lembaga riset nirlaba yang fokus bergerak di bidang akuakultur dan pengelolaan sumber daya pesisir. OI telah memiliki reputasi yang diakui dunia internasional sebagai lembaga yang melakukan selective breeding untuk menghasilkan induk unggul vaname serta bekerjasama dengan Universitas Arizona pada tahun 1990 mengembangkan populasi awal induk unggul udang vaname yang bebas penyakit (Specific Pathogen Free/SPF). Di samping itu, OI merupakan lembaga pertama yang melakukan pemuliaan induk udang vaname melalui family selection.
Menteri Edhy menjelaskan, Indonesia punya potensi lahan untuk budidaya air payau atau tambak hingga mencapai 2,8 juta hektare, namun yang dimanfaatkan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektare. Dari luasan tersebut, tambak yang produktif untuk budidaya udang hanya mencapai 40% atau 242.000 hektare.