JAKARTA – Tren urban farming atau pertanian di daerah perkotaan sedang melejit di kalangan masyarakat perkotaan. Terutama ketika pandemi Covid-19 melanda dan membuat mayoritas orang-orang bekerja dari rumah. Kegiatan ini pun menjadi primadona untuk memanfaatkan waktu luang.
Kegiatan ini juga penting untuk solusi kebutuhan pangan masyarakat di masa mendatang, terutama masyarakat di daerah perkotaan. Selain bermanfaat untuk memanfaatkan lahan perkotaan, ternyata urban farming ini bisa mendatangkan keuntungan besar.
Baca Juga: Urban Farming Jadi Solusi Kebutuhan Pangan Masyarakat Perkotaan
Berdasarkan data pendapatan pertanian vertikal di dunia pada 2018 berdasarkan teknologi, pertanian hidroponik bisa mencapai USD 1,17 miliar, aquaponik mencapai USD 452,5 juta, aeroponik USD 305,9 juta, dan metode lainnya sebesar USD 589,5 juta.
Jika tertarik memulai kegiatan urban farming ini, kenali beberapa jenis metodenya yang ada berbagai macam, dilansir dari Koran Sindo, Senin (5/4/2021).
Baca Juga: Urban Farming Bisa Jadi Solusi Berkurangnya Lahan Pertanian di Indonesia
Hidroponik
Merupakan metode pertanian yang menggunakan air sebagai media tanam pengganti tanah. Metode ini merupakan solusi bagi petani yang memiliki akses air terbatas atau kondisi tanah yang minim nutrisi.
Vertikultur
Merupakan sistem pertanian dengan menanam tanaman secara vertikal sehingga dapat memaksimalkan lahan yang ada. Sistem ini dapat dilakukan dengan menanam di pot, polybag, pipa paralon, botol bekas, maupun ban bekas sehingga mampu membantu mengurangi permasalahan sampah.