JAKARTA - Kembali meningkatnya angka terpapar memberikan kekhawatiran bagi pelaku usaha dan termasuk dampak bagi industri properti. Namum demikian, PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), anak usaha PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tetap optimistis meraih target pendapatan usaha senilai Rp2,05 triliun di tahun 2021. Raihan tersebut tumbuh 19% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT Duta Pertiwi Tbk, Teky Mailoa menuturkan, optimisme tersebut tercermin dari pencapaian perseroan di kuartal I 2021. Pendapatan usaha di tiga bulan pertama tahun ini sebesar Rp 351,95 miliar. Sementara laba bersih Rp 228,29 miliar atau tumbuh 73,81% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun lalu.
“Kami optimistis bisnis properti akan pulih di 2021 meski ada tantangan pandemi Covid-19. Upaya pemerintah dalam penanganan pandemi dan vaksinasi kita apresiasi. Hal tersebut akan mendorong rasa aman masyarakat untuk secara perlahan kembali beraktivitas seperti biasa,”ujarnya seperti dikutip Neraca, Jumat (25/6/2021).
Baca Juga: Bisnis Properti di AS Bangkit dari Pandemi Covid-19
Saat ini, Duta Pertiwi masih memiliki tanah yang belum dikembangkan (landbank) sekitar 1.280 hektare yang tersebar di beberapa kota besar termasuk Jabodetabek dan Surabaya. Perseroan sejak tahun lalu fokus mengembangkan beberapa proyek utama seperti Apartement Aerium, mixed used Apartment Southgate yang mencakup proyek apartemen, gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan ritel.
Pada akhir tahun 2020, perseroan membukukan pendapatan usaha positif meski dibawah bayang-bayang pandemi Covid-19, yakni sebesar Rp 1,72 triliun. Pendapatan usaha DUTI tahun lalu didominasi oleh penjualan tanah dan bangunan senilai Rp 1,08 triliun atau setara 62,88% dari pendapatan. Selanjutnya, kontribusi sewa senilai Rp 489,73 miliar (28,39%), hotel sebesar Rp 16,19 miliar, arena rekreasi Rp 1,05 miliar, dan lain-lain sebesar Rp 133,29 miliar.
Baca Juga: Pengusaha Properti Harap Insentif PPN Ditanggung Pemerintah Diperpanjang
Namun, laba bersih merosot 51,6% menjadi Rp 533,73 miliar, akibat naiknya biaya keuangan dari kontrak dengan pelanggan serta penurunan keuangan dari kegiatan pengelolaan properti.