Sementara itu, Direktur Konsultan Bisnis Thailand Asia Group Advisors Nattabhorn Juengsanguansit mengatakan, AirAsia dapat memberikan dorongan kepada Gojek di Thailand di mana perusahaan rintisan ini tertinggal dari pesaing pengiriman makanan dan transportasi.
"Namun, usaha tersebut menghadapi persaingan ketat dalam pengiriman makanan dari Line Man, yang menerima dorongan modal besar tahun lalu. Grab (Singapura) memiliki posisi kuat dalam layanan transportasi online dan Bolt dari Estonia mengembangkan pangsa pasarnya," katanya.
Bisnis Gojek di Thailand yang mencakup layanan transportasi online, pengiriman makanan, dan pembayaran adalah operasi terkecil di luar negeri dan memiliki pangsa pasar yang jauh lebih kecil daripada pemimpin pengiriman makanan Grab.
Gojek akan fokus meningkatkan investasi di Vietnam dan Singapura setelah kesepakatan selesai, kata pernyataan itu.
"Kami melihat di mana kami dapat benar-benar berkomitmen pada sumber daya untuk memastikan bahwa tim kami memiliki jalur menuju kepemimpinan pasar, dan kami melihat itu di Vietnam dan Singapura, dan karenanya komitmen kami di sana sama kuatnya jika tidak lebih kuat dari sebelumnya,” kata CEO Gojek Kevin Aluwi kepada wartawan.
Dia menambahkan, rencana Gojek untuk melakukan penawaran umum perdana tetap berjalan meskipun fokus pada kedua pasar tersebut tidak secara langsung terkait dengan pengejaran IPO.
Padahal bisnis Gojek di Thailand merugi pada 2019 dan 2020, menurut akun yang diberikan saat pengumuman kesepakatan.
Pada bulan Maret, Fernandes mengatakan bahwa maskapai tersebut dapat memperoleh 1 miliar ringgit (USD240,62 juta) dalam bentuk pinjaman bank dan pada bulan April kelompok tersebut mengharapkan untuk melihat kejelasan tentang penggalangan dana dalam dua hingga tiga bulan.
AirAsia telah mencari sejak tahun lalu untuk mengumpulkan hingga 2,5 miliar ringgit untuk mengatasi kemerosotan sektor penerbangan akibat pandemi.
(Dani Jumadil Akhir)