Dolar AS Menguat di Tengah Penurunan Data Ekonomi China

Tim Okezone, Jurnalis
Selasa 17 Agustus 2021 08:04 WIB
Dolar Amerika Serikat Menguat. (Foto: Okezone.com)
Share :

NEW YORK - Dolar AS naik pada perdagangan Senin terhadap mata uang komoditas seperti dolar Australia, Selandia Baru dan Kanada. Dolar AS menguat karena data ekonomi China yang mengecewakan, ketegangan politik Afghanistan dan varian virus Delta yang menyebar.

Penguatan dolar AS terjadi setelah penurunan sentimen konsumen melemahkan unit AS. 

Terhadap sekeranjang enam mata uang utama, dolar naik 0,1% ke level 92,620, setelah jatuh pada level terendah satu minggu di 92,468 pada perdagangan Jumat.

Dolar AS menguat paling tinggi terhadap mata uang komoditas.Dolar Aussie turun 0,6% terhadap dolar AS di USD0,7335, sementara dolar Selandia Baru turun 0,4% menjadi USD0,7016 menjelang pertemuan kebijakan Reserve Bank of New Zealand.

Baca Juga: Indeks Dolar AS Turun 0,3% Selama Seminggu Perdagangan

Sementara itu, greenback naik 0,4% terhadap dolar Kanada menjadi C$1,2572, di tengah seruan pemilihan awal Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau untuk 20 September, bertaruh bahwa tingkat vaksinasi yang tinggi terhadap virus corona dan rebound ekonomi pascapandemi akan membantunya memperpanjang dan memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan.

"Lonjakan dolar AS berasal dari kombinasi ketidakpastian atas Delta, karena China menutup pelabuhan utama karena keamanan, dan realitas geopolitik baru yang dihadapi Afghanistan," kata Ahli Strategi dan Pedagang FX, Juan Perez, dilansir dari Reuters, Selasa (17/8/2021).

Baca Juga: Dolar Naik Didorong Harga Produsen AS

Sebagai informasi, ribuan warga sipil melarikan diri dari Afghanistan dengan memadati Bandara Kabul pada Senin, setelah Taliban merebut ibu kota pada akhir pekan kemarin. Hal ini mendorong Amerika Serikat untuk menunda evakuasi karena mendapat kecaman yang meningkat di dalam negeri atas penarikannya. 

Kemudian, penjualan ritel China Juli, produksi industri dan investasi aset tetap semuanya lebih lemah dari yang diharapkan karena wabah Covid-19 terbaru membebani ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya