CHICAGO - Harga emas naik ke level tertinggi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Kenaikan harga emas didukung penurunan dolar AS dan kekhawatiran inflasi yang terus-menerus setelah bank-bank sentral utama mengindikasikan suku bunga akan tetap rendah dalam waktu dekat.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak USD11,2 atau 0,62% menjadi USD1.828,00 per ounce atau tertinggi sejak 7 September dan memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga beruntun.
Baca Juga: Awal Pekan, Harga Emas Antam Turun Rp1.000 Jadi Rp945.000/Gram
Daya tarik emas meningkat bagi mereka yang memegang mata uang lain setelah indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya melemah 0,3%.
"Bank-bank sentral utama secara keseluruhan masih akomodatif, dan semua uang tunai dalam sistem sebagian besar berpindah ke pasar emas dan perak sebagai lindung nilai inflasi, kata Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff, dikutip dari Antara, Selasa (8/11/2021).
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp12.000 Jadi Rp946.000/Gram
Kecenderung sikap dovish dari bank-bank sentral pekan lalu semakin mendorong emas ke level tertinggi dua bulan. Emas melonjak 1,3% pada Jumat (5/11/2021) setelah Federal Reserve AS dan bank sentral Inggris (BoE) menahan setiap kenaikan suku bunga.
Emas sebagai lindung nilai Inflasi telah diuntungkan dari lingkungan suku bunga yang sangat rendah untuk memacu pertumbuhan selama pandemi, karena itu berarti pengurangan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.