NEW YORK - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Prospek permintaan minyak pun lebih tinggi setelah Amerika Serikat mencabut pembatasan perjalanan dan tanda-tanda lain dari pemulihan global pasca-pandemi.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik USD1,35 atau 1,6% menjadi USD84,78 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember naik USD2,22 atau 2,7% menjadi USD84,15 per barel. Harga tersebut merupakan penutupan tertinggi untuk kedua harga acuan sejak 26 Oktober.
Baca Juga: Harga Minyak Brent dan WTI Naik Didukung Ekonomi Global
Tercatat, harga Brent telah naik lebih dari 60% tahun ini dan mencapai level tertinggi dalam tiga tahun di USD86,70 pada 25 Oktober. Hal ini didorong pulihnya permintaan dan pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.
Namun demikian, harga minyak rally setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) dalam laporan Prospek Energi Jangka Pendek (Short Term Energy Outlook/STEO) memproyeksikan harga bensin eceran akan turun selama beberapa bulan ke depan
Analis mengatakan, STEO telah menunjukkan kenaikan besar dalam proyeksi harga bensin, pemerintahan Biden kemungkinan akan melepaskan banyak minyak dari SPR dengan cepat, yang akan menekan harga.
Baca Juga: Harga Minyak Bervariasi, Brent Dibanderol USD84,3/Barel
"STEO dari EIA memberi Presiden Biden banyak perlindungan untuk tidak melakukan apa-apa, dan mengklaim dia sedang menunggu perkiraan bearish untuk dimainkan," kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger, dikutip dari Antara, Rabu (10/11/2021)
Dalam STEO, EIA memproyeksikan harga rata-rata untuk bensin kelas reguler eceran akan turun dari USD3,32 per galon pada November menjadi USD3,16 pada Desember dan USD3,00 pada kuartal pertama 2022
OPEC+ menambahkan 400.000 barel per hari minyak mentah ke pasokan global pada pertemuan OPEC+ minggu lalu. Presiden Biden ingin OPEC+ menambahkan lebih banyak minyak. OPEC+ dijadwalkan menambah 400.000 barel per hari hingga Juni 2022.
"Setiap rilis dari SPR AS, meskipun kemungkinan akan memiliki efek bearish sementara yang cepat pada harga, bukanlah solusi yang bertahan lama untuk ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan," kata Analis Pasar Minyak Senior Rystad Energy, Louise Dickson.
Kapasitas produksi cadangan minyak global dapat berkurang tahun depan karena penumpang udara kembali mengangkasa, menghilangkan bantalan penting yang saat ini dinikmati pasar, kata Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser.
(Feby Novalius)