JAKARTA - PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) membukukan laba bersih sebesar Rp89,4 miliar Sepanjang tahun 2021. Hal ini naik 430% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara dari sisi pendapatan, BEBS mencatatkan pendapatan sebesar Rp 459,4 miliar atau naik 315% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 110,6 miliar. Pendapatan perseroan pada 2021 dikontribusikan dari penjualan material dan ready mix.
Bukan hanya itu, BEBS juga mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan pada 2021 menjadi Rp 232,3 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba kotor naik menjadi Rp 150,7 miliar dari sebelumnya Rp 34,4 miliar, dan beban umum dan administrasi naik menjadi Rp 8,5 miliar dari sebelumnya Rp 5,9 miliar. Sedangkan beban keuangan turun menjadi Rp 1,1 miliar dari sebelumnya Rp 2,1 miliar.
Lebih jauh, BEBS juga mencatatkan laba sebelum pajak meningkat dari Rp 26,4 miliar pada Desember 2020 menjadi Rp 141,1 miliar pada Desember 2021. Termasuk total aset yang naik menjadi Rp 728 miliar dibandingkan 2020 sebesar Rp 406 miliar. Tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan tumbuh signifikan.
Akuisisi terhadap perusahaan kontraktor yang dilakukan perseroan pada awal tahun ini diestimasikan bakal mendongkrak pendapatan divisi kontraktor perseroan minimal Rp 1 triliun.
Kata Direktur Utama PT Berkah Beton Sadaya Tbk, Hasan Muldhani, pada awal Januari 2022 perseroan telah mengakuisisi perusahaan kontraktor yang otomatis material seperti batu dan pasir serta produk turunan lainnya yakni beton dan precast akan terpakai oleh kontraktor sendiri. Dengan begitu, pendapatan perseroan pada 2022 diharapkan tumbuh signifikan.
”Pendapatan divisi kontraktor BEBS pada 2022 ini minimal Rp 1 triliun. Kami optimistis dapat mencapainya di tahun ini. MoU proyek perumahan senilai Rp 1,3 triliun pada pertengahan Januari akan berkembang ke proyek komersial sehingga nilai proyeknya bertambah. Itu belum menghitung potensi proyek lain," ungkapnya.
Terlebih, pemerintah juga berupaya membangkitkan kembali ekonomi Indonesia salah satunya dengan menjalankan kembali proyek-proyek infrastruktur pada 2022.
Hasan melihat, upaya tersebut bakal menjadi angin segar bagi perusahaan kontraktor dan industri pendukung infrastruktur.
“Hal ini akan menyebabkan dimulainya proyek baru maupun lama untuk kemajuan infrastruktur yang lebih baik dan akan mengakibatkan permintaan yang tinggi untuk sektor konstruksi dan material terkait,” ujar Hasan.
(Taufik Fajar)