JAKARTA – PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) berencana mencari dana segar hingga Rp3,26 triliun dengan menerbitkan surat utang. Emiten produsen kertas ini akan menerbitkan obligasi berkelanjutan II Indah Kiat Pulp & Paper tahap III tahun 2022.
Melalui instrument itu, perseroan menerbitkan jumlah pokok obligasi sebesar Rp1,98 triliun. INKP akan menerbitkan dalam tiga seri utama. Seri A dengan tenor 370 hari atau jatuh pada 6 Maret 2023 memiliki kupon 6%.
Besaran yang ditawarkan mencapai Rp707,97 miliar. Lalu, seri B sebesar Rp1,07 triliun memiliki kupon 8,75% dengan tenor selama 3 tahun.
Terakhir, seri C dengan jumlah Rp203,55 miliar memiliki kupon 9,25% dengan tenor selama 5 tahun.
Lalu, INKP juga akan menerbitkan instrument Sukuk Mudharabah berkelanjutan I Indah Kiat Pulp & Paper tahap III tahun 2022 dengan jumlah dana Rp1,26 triliun. Instrumen ini memiliki 3 seri juga. Seri A senilai Rp701,94 miliar dengan jatuh tempo 6 Maret 2023.
Lalu, seri B senilai Rp451,22 miliar dengan tenor 3 tahun dan seri C senilai Rp108,02 miliar dengan tenor 5 tahun. Perseroan menunjuk 9 penjamin pelaksana emisi.
Yaitu, PT Aldiracita Sekuritas Indonesia PT BNI Sekuritas PT BRI Danareksa Sekuritas PT Indo Premier Sekuritas PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia PT Mega Capital Sekuritas PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia PT Sucor Sekuritas PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Sebelumnya analis BNI Sekuritas, Mikhail Johanes dalam risetnya pernah mengatakan, meredanya krisis energi di China telah membawa sinyal positif bagi harga komoditas global, termasuk pulp.
"Apabila gangguan pasokan menjadi normal dan harga turun, kami memperkirakan top line INKP tetap kuat karena lonjakan permintaan dari kemasan kertas dan produk tisu," kata Mikhail
Selain itu, katalis datang dari pengenaan cukai kantong plastik. Sebagaimana diketahui, pada akhir 2021 Pemerintah Indonesia menargetkan penerimaan cukai dari kantong plastik sebesar Rp1,9 triliun pada APBN 2022.
Menurut Mikhail, hal ini akan menguntungkan produsen kertas seperti INKP, karena pihaknya melihat tren kemasan akan bergerak menuju kemasan kertas dan produk daur ulang lainnya.
Meski demikian, Mikhail melihat, masih ada sentimen negatif yang dapat berdampak ke kinerja INKP pada 2022.
Sentimen tersebut adalah gangguan rantai pasokan akibat kurangnya kontainer kargo dari kemacetan pelabuhan.
"Hal ini dapat membuat biaya pengiriman yang lebih tinggi dan menghambat laba perusahaan," ucapnya.
(Taufik Fajar)