Dirinya menerangkan, setiap pembelian di distributor minyak goreng saat ini jumlahnya kurang terpenuhi. Jadi misalkan, dirinya meminta pengiriman 100 jirigen, yang datang hanya 50 jirigen, sedangkan sisanya 50 jirigen datang menyusul.
"Jadi barangnya nggak bisa langsung datang, harus menyusul beberapa hari berikutnya, itu dengan harga yang masih mahal. Tapi mau bagaimana lagi, yang penting kita jangan sampai henti produksi," tuturnya.
Maka untuk mengurangi beban produksi, pihaknya juga terpaksa mengurangi produksi keripik tempe seharinya. Dimana bila rata-rata seharinya ia mampu memproduksi 100 kilogram, demi mengurangi beban produksi dan menyeimbangkan keuntungan ia kurangi 10 persen dari total produksinya.
"Kalau profit pasti turun, tapi sejauh ini kami belum menghitung berapa persentasenya," ujarnya.
Kini dia berharap pemerintah bisa mencarikan solusi mengenai minyak goreng dan kedelai yang jadi bahan baku usaha keripik tempenya. Dirinya sebenarnya tak mempermasalahkan bahan baku yang naik, asalkan stoknya tersedia, mengingat untuk menekan angka produksi langkah khusus telah dilakukan.