JAKARTA - Penumpang Garuda Indonesia mulai meningkat. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengklaim okupansi penumpang naik lebih dari 25%.
Meski begitu, Irfan tidak menjelaskan secara rinci periodisasi kenaikan penumpang pesawat emiten dengan kode saham GIAA. Menurutnya, awal tahun ini jumlah penumpang mengalami kenaikan dibandingkan dengan akhir 2021 lalu.
"Iya ada peningkatan. Belum tahu (rincian data penumpang). Tapi mestinya lebih dari 25% dibanding sebelumnya (2021)," ujar Irfan saat dikonfirmasi MNC Portal Indonesia, Sabtu (26/2/2022).
Baca Juga: Garuda Indonesia Buka Rute Surabaya-Lombok, Catat Nih Jadwalnya!
Saat ini manajemen maskapai penerbangan pelat merah tersebut masih melakukan monitoring jumlah penumpang pesawat.
"Masih di monitor," tutur dia.
Garuda Indonesia memang mencatat kerugian berarti akibat penumpang pesawat yang menurun sepanjang pandemi Covid-19.
Baca Juga: Dirut Citilink Dicopot, Apa Alasannya?
Data Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat kerugian yang dialami Garuda Indonesia per bulan mencapai USD100 juta. Nilai itu setara dengan Rp1.436 triliun (kurs Rp14.370 per dolar AS).
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, dalam sebulan beban biaya operasional sebesar USd150 juta. Sedangkan pendapatan hanya mencapai USD50 juta.
“Jadi memang sudah tidak mungkin lagi kita lanjutkan dalam kondisi seperti ini. Memang kita harapkan dukungan dari anggota dewan untuk masuk dalam proses restrukturisasi berat,” ujar Tiko sapaan akrab Kartika saat Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI beberapa waktu lalu.
Pemegang saham mencatat, upaya restrukturisasi setidaknya membutuhkan waktu selama 270 hari dengan proses hukum yang panjang dan melelahkan. Selain itu, prosesnya juga akan dilakukan lembaga keuangan global. Lantaran, kreditur Garuda berasal dari investor dan perbankan global.
Dalam proses restrukturisasi, pemerintah tengah menunjuk konsultan hukum dan konsultan keuangan. Sembari menunggu proses restrukturisasi, pemegang saham terus menjaga arus keuangan perusahaan. Bahkan, penundaan penerbangan pun dilakukan untuk rute-rute yang kurang produktif dan mendatangkan untung bagi emiten.
(Feby Novalius)