4 Fakta Sanksi Rusia dari Negara-Negara di Dunia

Shelma Rachmahyanti, Jurnalis
Senin 28 Februari 2022 11:19 WIB
Konflik Rusia-Ukraina (Foto: Okezone)
Share :

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mendesak segera diberlakukannya lebih banyak lagi sanksi untuk menghentikan “agresi lebih lanjut” dari Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Langkah-langkah tegas pertama diambil kemarin, dan kami berterima kasih untuk itu,” cuitnya.

“Sekarang tekanan perlu ditingkatkan untuk menghentikan Putin. Hantam ekonomi dia dan kroni-kroninya. Hantam keras. Hantam sekarang,” ujarnya.

3. China Menentang Sanksi Terhadap Rusia

China menentang dan menganggap ilegal sanksi sejumlah negara terhadap Rusia terkait krisis Ukraina.

"Kami secara konsisten menentang semua bentuk sanksi sepihak yang ilegal itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Hua Chunying di Beijing, Rabu (23/2).

Menurut dia, sanksi tidak pernah berjalan efektif dalam memecahkan setiap persoalan.

Ia menyebutkan, bahwa sejak 2011 Amerika Serikat (AS) telah menjatuhkan 100 sanksi terhadap Rusia.

"Namun apakah sanksi-sanksi AS itu bisa memecahkan persoalan? Apakah dunia ini menjadi lebih baik karena sanksi itu? Akankah isu Ukraina teratasi oleh sanksi AS terhadap Rusia? Akankah keamanan Eropa lebih terjamin berkat sanksi AS terhadap Rusia itu?" tanyaa Asisten Menteri Luar Negeri China itu.

4. Jerman Siapkan Sejumlah Sanksi

Jerman siapkan sejumlah sanksi untuk Rusia. Kanselir Jerman Olaf Scholz membekukan proyek pipa gas bawah laut, Nord Stream 2 senilai USD11 miliar atau sekitar Rp158 triliun sebagai tanggapan atas agresi militer Rusia ke Ukraina.

Sikap Berlin terhadap Kremlin dinilai menjadi bumerang. Pasalnya, Jerman memiliki ketergantungan gas alam sebanyak 55%, kemudian 35% minyak bumi, dan 50% batu bara dari Rusia, menurut laporan Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, dilansir Euractiv.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck memastikan pasokan energi negaranya akan terjamin meskipun tanpa pengiriman gas, minyak, hingga batu bara dari Rusia.

"Kami akan membeli lebih banyak gas, dan juga batu bara dari negara lain," kata Habeck dalam siaran ZDF, dilansir Reuters.

Anggota Partai Hijau Jerman / Bündnis 90/Die Grünen itu mengakui bahwa selama ini Jerman terlalu bergantung terhadap komoditas energi dari Negara Beruang Merah, dan akan mencoba untuk memakai cadangan strategisnya.

Dirinya menyadari keputusan sanksi ini akan memberi dampak kenaikan bagi komoditas migas dalam jangka pendek, terutama setelah serangan Rusia di Ukraina. Meski demikian, Habeck mengharapkan harganya dapat stabil kembali saat situasi telah terkendali.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya