JAKARTA - Pemerintah Indonesia resmi melarang ekspor CPO dan turunannya hingga minyak goreng yang berlaku hari ini. Kebijakan ini berlaku hingga waktu yang tidak ditentukan.
Kini dunia teriak imbas kebijakan pelarangan ekspor CPO Indonesia. Pengamat Industri memprediksi langkah Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia melarang ekspor akan mengangkat harga semua minyak nabati utama, termasuk minyak sawit, minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak canola.
Hal tersebut akan memberikan tekanan ekstra pada konsumen yang sensitif terhadap biaya di Asia dan Afrika yang terkena dampak harga bahan bakar dan makanan yang lebih tinggi.
Baca Juga: Ekspor Minyak Goreng Dilarang, Petani Sawit Bilang Begini
"Keputusan Indonesia tidak hanya memengaruhi ketersediaan minyak sawit, tetapi juga minyak nabati di seluruh dunia," Ketua Konsultan Komoditas LMC International, James Fry, dikutip dari VOA Indonesia.
Eksportir tidak memiliki pilihan selain membayar mahal untuk mendapatkan pasokan komoditas tersebut. Padahal pasokan minyak sawit di dunia berkurang akibat cuaca buruk dan invasi Rusia ke Ukraina. Dua negara tersebut merupakan importer minyak matahari.
Minyak kelapa sawit yang digunakan dalam banyak hal, mulai dari kue dan lemak penggorengan hingga kosmetik dan produk pembersih - menyumbang hampir 60% dari pengiriman minyak nabati global. Indonesia menyumbang sekitar sepertiga dari semua ekspor minyak nabati.
Pemerintah mengumumkan larangan ekspor komoditas tersebut pada 22 April dan langkah itu akan berlaku hingga pemberitahuan lebih lanjut, sebagai langkah untuk mengatasi kenaikan harga minyak goreng domestik.
"Ini terjadi ketika tonase ekspor semua minyak utama lainnya berada di bawah tekanan: minyak kedelai karena kekeringan di Amerika Selatan; minyak kanola karena gagal panen di Kanada; dan minyak bunga matahari karena perang Rusia di Ukraina," kata Fry.