JAKARTA - Pengembangan instrumen pasar uang syariah jangka pendek dan standar pengaturan lembaga keuangan syariah merupakan dua aspek utama yang perlu terus diperluas dalam menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) menghadapi ketidakpastian global akibat normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya.
Hal ini disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam rangkaian Sidang 28th Governing Board dan 13th General Assembly- International Islamic Liquidity Management (IILM) serta Islamic Financial Services Board (IFSB) 40th Council Meeting pada 9 Juni 2022 di Abu Dhabi, UAE.
"Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengembangkan alternatif pembiayaan syariah yang digunakan untuk proyek besar maupun kecil termasuk sektor swasta dan juga menjadi negara penerbit green sukuk terbesar di dunia," ungkap Perry, dikutip di Jakarta, Minggu (12/6/2022).
Pengembangan pasar uang, sambung dia, sangat penting sejalan dengan semakin banyaknya negara yang menerbitkan sukuk jangka panjang termasuk Indonesia yang merupakan penerbit sukuk terbesar di dunia.
"Sehubungan dengan hal tersebut, reformasi lembaga IILM perlu dipercepat agar semakin dapat memenuhi kebutuhan negara-negara anggotanya," terang Perry.
Sementara itu, Perry dalam kapasitas sebagai Ketua Executive Committee (EC) IFSB menekankan pentingnya perluasan kebijakan penyusunan dan implementasi standar pengaturan lembaga keuangan syariah untuk memperkuat stabilitas sistem keuangan sebagai respons tingginya ketidakpastian global.