Revolusi Industri 4.0 tidak akan menghilangkan lapangan pekerjaan, melainkan menawarkan jenis pekerjaan baru yang memungkinkan migrasi dari satu profesi ke profesi lainnya.
"Nantinya akan ada pergeseran profesi seseorang ke arah lebih baik yang justru akan mengangkat harkat dari pekerja itu sendiri," ujar Andi.
Dalam Making Indonesia 4.0, Kemenperin telah menetapkan tujuh sektor prioritas yakni makanan dan minuman, otomotif, kimia, tekstil dan produk tekstil, elektronika dan alat kesehatan. Ketujuh sektor ini dipilih karena dapat memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri.
Proporsi tenaga kerja di tujuh sektor prioritas itu dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren meningkat, dimana pada 2015 naik 5,02 persen dan pada 2020 naik 5,70 persen.
"Melihat data peningkatan tersebut, tentunya memberikan harapan bahwa adopsi teknologi di tujuh sektor prioritas berpotensi meningkatkan kapabilitas ekonomi nasional," tuturnya.
Ia menambahkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah tenaga kerja terbanyak di dunia dengan angka 125 juta jiwa, setelah China, India, dan Amerika Serikat.
"Tentunya apabila didorong dengan peningkatan kualitas tenaga kerja, akan terus berdampak positif pada peningkatan produktivitas sektor manufaktur, dan akan terus memberikan kontribusi yang baik pada pertumbuhan ekonomi nasional," tuturnya.
Untuk itu Kemenperin terus mendorong pengembangan SDM industri melalui program-program utama yang meliputi pendidikan vokasi berbasis kompetensi, pembangunan unit pendidikan dan pelatihan di wilayah pusat pertumbuhan industri, serta program link and match antara dunia pendidikan dengan industri.
"Dalam upaya mengakselerasi pengembangan SDM Industri 4.0, Kemenperin telah menjalankan pelatihan, bimbingan teknis dan sertifikasi terhadap 2.171 orang,” kata Andi.
Upaya lainnya adalah dengan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan di era Revolusi Industri 4.0, antara lain dengan melibatkan Industri Kecil Menengah (IKM), misalnya dengan pelatihan e-commerce kepada 13.183 IKM pada 2021 dan menggelar webinar e-smart IKM yang mendukung pemasaran IKM secara digital
(Taufik Fajar)