JAKARTA - Wall Street dalam sepekan diwarnai dengan perusahaan yang melaporkan pendapatan. Adapun dalam beberapa minggu mendatang kemungkinan akan menyebutkan satu faktor umum yang mempengaruhi hasil mereka yakni dolar yang kuat.
Mengutip Reuters, mata uang AS berdiri di dekat level tertinggi 20 tahun terhadap sekeranjang rekan-rekannya
Indeks Dolar yang kuat dapat menjadi angin sakal bagi perusahaan AS karena membuat produk eksportir kurang kompetitif di luar negeri dan merugikan perusahaan multinasional yang perlu mengubah keuntungan asing mereka kembali ke mata uang AS.
Perkiraan analis Morgan Stanley adalah setiap poin persentase kenaikan tahun-ke-tahun dalam Indeks Dolar AS, yang mengukur dolar terhadap enam mata uang lainnya, diterjemahkan menjadi 0,5 poin persentase yang mencapai pertumbuhan pendapatan S&P 500.
"Sepertinya Anda tidak bisa istirahat sekarang. Kami mulai mendapatkan sedikit kelegaan dari harga minyak, tetapi Anda masih mendapatkan dolar," kata Bill Stone, kepala investasi di Glenview Trust Company.
Saham International Business Machines Corp , Netflix Inc (NFLX.O) dan Johnson & Johnson (JNJ.N) termasuk di antara perusahaan yang dalam seminggu terakhir menyebut penguatan dolar sebagai hambatan, dengan Johnson & Johnson bergabung dengan Microsoft Corp (MSFT.O) dengan memotong panduannya karena dampak kenaikan greenback.
Hasil minggu depan dari Apple Inc (AAPL.O), Microsoft Corp (MSFT.O), Coca-Cola Co (KO.N) dan banyak perusahaan lain akan memberi investor gambaran yang lebih baik tentang bagaimana bisnis bertahan di depan dolar yang kuat dan inflasi yang melonjak.
Investor juga menunggu apa yang akan dilakukan The Fed tentang topik-topik tersebut pada pertemuan kebijakan moneter minggu depan, di mana secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin.