JAKARTA – Cara ke Psikiater dengan BPJS Kesehatan. Ternyata BPJS Kesehatan bisa dipakai untuk konsultasi ke Psikiater.
Masalah kesehatan jiwa belum dipandang sebagai masalah kesehatan yang serius seperti halnya masalah kesehatan fisik. Ketidaksadaran ini akhirnya memicu banyak orang yang mungkin sebenarnya sudah depresi, menjadi tidak sadar kalau dirinya sudah mengalami depresi dan memerlukan penanganan yang profesional dari ahlinya.
Padahal untuk konseling dengan Psikiater masyarakat bisa menggunakan BPJS Kesehatan. Berikut adalah cara ke Psikiater dengan BPJS Kesehatan yang dirangkum Okezone, Jumat (5/8/2022).
1. Pilih Puskesmas yang Ada Poli Jiwa
Cara ke Psikiater dengan BPJS Kesehatan yang pertama adalah harus memastikan Puskesmas memiliki layanan poli jiwa.
Ternyata tidak semua pusat kesehatan memiliki poli Jiwa
2. Siapkan Dokumen
Cara ke Psikiater dengan BPJS Kesehatan berikutnya adalah menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk proses administrasi. Dokumen yang harus dibawa antara lain fotokopi KTP, Kartu Keluarga, Kartu BPJS (fotokopi dan yang asli) lalu surat keterangan diagnosis
3. Datangi Puskesmas Terdekat
Jika dokumen sudah siap langsung kunjungi pusat kesehatan masyarakat terdekat atau rujukan. Pastikan tempat tersebut menerima klaim BPJS.
4. Proses verifikasi
Setelah proses verifikasi berkas di Puskesmas atau rumah sakit rujukan, pasien akan mendaftar dan mendapat nomor antrian.
5. Konseling
Jika tahapan di atas sudah dilakukan, pasien sudah bisa menjalani sesi wawancara dengan psikolog atau psikiater. Nantinya pasien akan memberikan serangkaian tes dan resep obat pada pasien, jika hasil konsultasi menunjukkan peran obat dalam mendukung pemulihan mental.
Pasien bisa membeli di bagian farmasi dan konsumsi sesuai dosis yang tertera. Namun perlu diingat masalah kesehatan kejiwaan tidak bisa sembuh secara instan. Perlu waktu dan usaha ekstra. Sebaiknya, lakukan sesi konseling bersama psikiater rutin untuk meninjau efektivitas terapi dan obat.
Pada sebagian kasus, konseling terhenti karena salah satu pihak merasa bosan dan lelah mengikuti proses pemulihan kesehatan jiwa. Akibatnya, kelainan bisa kembali bahkan lebih parah.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)