JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa patut disyukuri melihat kondisi pandemi Covid-19 sudah semakin terkendali, maka kegiatan perekonomian masyarakat dan dunia akan semakin pulih.
Namun, ini tidak berarti bahwa pemulihan ekonomi berjalan secara mudah dan lancar, karena pada saat yang sama, ada risiko perekonomian global dan Indonesia bergeser dari pandemi ke non-pandemi, yang berasal dari geopolitik maupun yang berasal dari kenaikan disrupsi sisi supply yang menyebabkan inflasi atau harga komoditas penting meningkat, dan mendorong inflasi global sehingga kemudian memaksa terjadinya kebijakan pengetatan.
"Kondisi ini akan berdampak pada stabilitas sistem keuangan dan juga stabilitas sektor keuangan di seluruh dunia. Yang terjadi sekarang adalah capital outflow, dollar index yang meningkat, serta suku bunga bank sentral di negara maju yang sudah meningkat seiring dengan meningkatnya inflasi," ujar Sri dalam webinar LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments di Jakarta, Jumat (12/8/2022).
Dengan kondisi global dan ekonomi yang sekarang saat dinamis dan tidak mudah, Indonesia dalam kuartal II pertumbuhan ekonominya masih sangat baik di angka 5,44%. Ini juga didukung oleh kegiatan dari ekonomi domestik terutama konsumsi dan investasi, dan juga dari eksternal melalui permintaan ekspor Indonesia.
"Seiring dengan pemulihan ekonomi, kita juga melihat tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia juga mulai menurun lagi, dimana tingkat pengangguran pada level 5,83% dan tingkat kemiskinan sudah turun dari 10% menjadi 9,54%. Program Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19 masih terus berlangsung pada tahun 2022 ini dan kita harapkan akan betul-betul menjaga penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi secara ketat dan berkelanjutan," tegas Sri.