Instrumen APBN, sebut dia, menjadi sangat penting dalam menjaga pemulihan ekonomi dan kinerja APBN hingga Juli 2022 juga cukup baik. Penerimaan negara baik yang berasal dari pajak, bea cukai serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mengalami kenaikan yang sangat kuat sekitar 53%.
Kinerja ini akan digunakan sebagai bekal untuk menangani berbagai shock yang terjadi dalam perekonomian yang berasal dari gejolak geopolitik maupun yang berasal dari supply disruption dan kenaikan inflasi yang mengancam, yang kemudian memicu pengetatan di berbagai negara.
"Saat ini, APBN terus memberikan shock absorber yaitu mengambil atau mengurangi shock yang berasal dari global supaya tidak mempengaruhi secara sangat besar dan berat ke dalam perekonomian dan masyarakat kita," tuturnya.
"Tentu pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak hanya berasal atau didukung oleh fiskal, kami bersama Bank Indonesia (BI) bersama-sama menjaga stabilitas sistem keuangan melalui koordinasi kebijakan moneter dan fiskal termasuk selama pandemi ini BI terus mendukung dengan SKB 1, 2, dan 3 yang sangat-sangat efektif membantu fungsi pemerintah melalui APBN dalam menstabilkan dan memulihkan ekonomi," tambahnya.
(Taufik Fajar)