"Di semester II ini memang harga jual mengalami penurunan, belum berakhirnya lockdown di China, perang Rusia-Ukraina, dan kebijakan suku bunga Fed, cukup mempengaruhi demand yang melambat di semester kedua," tandasnya.
Saat ini, produksi bijih timah TINS di semester I/2022 mencapai 9.901 ton atau turun 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton. Dari jumlah tersebut, 39% atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61% atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut.
Sedangkan produksi logam timah di paruh pertama tahun 2022 juga merosot sebesar 26% menjadi 8.805 MT dari periode sama tahun lalu sebanyak 11.915 MT. Adapun penjualan logam timah tercatat ikut melemah menjadi 9.942 MT atau turun sebesar 21% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar12.523 MT
(Feby Novalius)