JAKARTA – PT Gudang Garam Tbk (GGRM) bakal meningkatkan harga jual rokok secara bertahap untuk memperbaiki profitabilitas. Hal ini sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan juga kenaikan inflasi.
“Dalam suasana saat ini, daya beli belum membaik, GGRM bisa kehilangan volume. Jadi suatu saat kami akan menaikkan harga," kata Direktur Gudang Garam Heru Budiman dilansir dari Harian Neraca, Senin (19/9/2022).
Perseroan, lanjutnya bukan merupakan satu-satunya produsen rokok di Indonesia. Maka jika GGRM menaikkan harga jual rokok, sementara produsen lain tidak ikut meningkatkan harga jual rokoknya, maka rokok Gudang Garam akan menjadi yang termahal. Meski demikian, Heru menuturkan Gudang Garam telah meningkatkan harga jual rokok sebanyak dua kali, yakni pada Juli dan September.
Menurutnya, dampak peningkatan harga tersebut terhadap profitabilitas GGRM tidak tercermin dalam laporan keuangan semester I/2022.
"Tidak menaikkan harga rokok itu ada batasnya, tentunya akan kami naikkan, dengan risiko volumenya turun. Ke depan lagi pasti ada [kenaikan], tapi kapan, berapa, sabar dulu," tutur dia.
Sebagai informasi, pada semester I/2022, GGRM mencetak pendapatan Rp61,67 triliun, dengan laba bersih senilai Rp956,14 miliar. Laba bersih ini turun 53,97% dari Rp2,35 triliun pada semester I/2021. Di dalam negeri, Gudang Garam menjual sigaret kretek mesin (SKM) senilai Rp55,9 triliun, sigaret kretek tangan (SKT) Rp4,17 triliun, dan rokok klobot Rp8,43 miliar. Disebutkan, segmen SKM memiliki beban cukai yang lebih besar dibandingkan segmen SKT.
Sehingga, jika bauran penjualan GGRM didominasi di SKM, maka profit GGRM akan turun. Peningkatan tarif cukai yang terjadi, menurutnya tidak langsung diikuti oleh kenaikan harga penjualan. Adapun sampai semester I/2022, Gudang Garam telah membayar beban cukai sebesar Rp50,7 triliun.
Sementara itu, sejak 2019 hingga 2021, GGRM tercatat telah mengeluarkan biaya sebesar Rp238 triliun untuk membayar tarif cukai. Rinciannya, sebesar Rp68,2 triliun pada 2019, lalu senilai Rp78,7 triliun pada 2020, dan Rp91,1 triliun pada 2021.
Emiten produsen rokok ini juga mengungkapkan, sisi volume, penjualan rokok Gudang Garam bakal turun 8,1% di semester pertama 2022 menjadi 41,9 miliar batang seiring efek persaingan di industri rokok nasional. Penjualan rokok GGRM didominasi oleh Sigaret Kretek Mesin Full Filter (SKM FF) sebesar 36,9 miliar batang atau 87,9% dari total penjualan rokok GGRM di paruh pertama 2022.
Berikutnya, penjualan Sigaret Kretek Tangan (SKT) GGRM tercatat sebesar 4,3 miliar batang (10,2%) sedangkan Sigaret Kretek Mesin Low Tar Nicotine (SKM LTN) menyumbang penjualan sebesar 0,8 miliar (1,9%). Di sisi lain, GGRM harus menanggung biaya pokok penjualan yang tergolong besar yakni sebanyak Rp56,54 triliun di semester I-2022 atau naik 4,4% dibandingkan semester satu tahun lalu.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)