JAKARTA - Selama sepekan kemarin terjadi aksi jual besar-besaran yang mengguncang bursa saham alias Wall Street dan obligasi AS, dan banyak investor bersiap untuk lebih banyak tekanan di masa depan.
Mengutip Reuters, perbankan di Wall Street menyesuaikan prakiraan mereka untuk memperhitungkan Federal Reserve yang tidak menunjukkan bukti berhenti, menandakan pengetatan lebih lanjut untuk melawan inflasi setelah kenaikan suku bunga pasar lain minggu ini.
Indeks S&P 500 turun lebih dari 22% tahun ini. Pada perdagangan Jumat, harga sempat turun di bawah penutupan terendah pertengahan Juni di 3.666, menghapus rebound musim panas yang tajam di saham AS sebelum memangkas kerugian dan ditutup di atas level itu.
"Dengan niat The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diharapkan, pasar saat ini sedang mengalami krisis kepercayaan," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.
Menurut Stovall, jika S&P 500 ditutup di bawah level terendah pertengahan Juni di hari-hari mendatang, itu mungkin mendorong gelombang penjualan agresif lainnya.Ini bisa mengirim indeks ke level terendah di 3.200, level yang sejalan dengan penurunan historis rata-rata di pasar beruang yang bertepatan dengan resesi.
Sementara data terbaru menunjukkan ekonomi AS yang relatif kuat, investor khawatir pengetatan Fed akan membawa penurunan.
Kekalahan di pasar obligasi menambah tekanan pada saham. Imbal hasil pada benchmark Treasury 10-tahun, yang bergerak terbalik terhadap harga, baru-baru ini berada di sekitar 3,69%, level tertinggi sejak 2010.