JAKARTA – Nilai tukar Rupiah semakin melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah saat ini melemah hingga level Rp15.200 per USD.
Pelemahan Rupiah ini berdampak pada keuangan perusahaan pelat merah seperti PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero). Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mencatat pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS memang berpotensi berdampak pada kinerja PLN dan Pertamina.
"Terkait mengenai hedging, memang dua BUMN yang memiliki posisi yang kalau terjadi depresiasi itu menyebabkan adanya potensi effect losses itu adalah Pertamina dan juga PLN, sebagai dua BUMN yang memang memiliki posisi kewajiban dalam US dolar memang cukup tinggi," ungkap Pahala di Kementerian BUMN Jakarta, dikutip Kamis (29/9/2022).
Tercatat pada Rabu siang tadi dolar AS menguat hingga di angka Rp15.200. Meski begitu, Pahala mencatat kewajiban posisi di level 25% akan terus dijaga baik bagi Pertamina dan PLN.
"Kewajiban untuk 25% itu terus kita jaga baik untuk Pertamina dan untuk PLN," ujar dia.
Kementerian BUMN berharap bila ada potensi terjadi depresi, maka kewajiban bisa ditingkatkan menjadi 25%. "Ini kalau dalam kondisi memang ada potensi terjadi depresiasi kita harapkan untuk bisa ditingkatkan di atas 25%," lanjut Pahala.
Senada, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko menilai meningkatkan dolar AS memungkinkan pemerintah akan mencari mata uang baru, di luar dolar. Alasan lain adalah karena Rupiah masih cukup kuat terhadap mata uang asing lain seperti Yen dan euro.
"Jadi pemikiran buat kita apakah memang kita juga mulai mencari sumber pendanaan dari currency lain," kata Tiko.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)