"Bagian yang paling mengganggu dari laporan (EIA) adalah bahwa persediaan penyulingan jauh di bawah rata-rata. Musim dingin akan datang," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago seperti dikutip oleh Reuters. "Pasar melihat gambaran besarnya, berlawanan dengan jumlah permintaan jangka pendek yang terkena dampak badai."
Prospek permintaan energi yang lebih lemah di tengah perlambatan ekonomi global terus membebani harga. Banyak investor tetap khawatir bahwa kenaikan inflasi akan mengurangi permintaan bahan bakar. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan ekonomi global mungkin masuk ke dalam resesi.
Dalam laporan bulanannya yang dirilis pada Kamis (13/10/2022), Badan Energi Internasional memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia baik untuk tahun ini maupun tahun depan, mengutip hambatan ekonomi yang lebih kuat.
IEA menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyaknya sedikit untuk tahun ini menjadi 1,9 juta barel per hari dan 470.000 barel per hari pada 2023 menjadi 1,7 juta barel per hari.
Juga membebani harga adalah peringatan oleh IEA bahwa keputusan OPEC+ minggu lalu untuk memangkas pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph) dapat menyebabkan resesi global.
"Rencana OPEC+ ... telah menggelincirkan lintasan pertumbuhan pasokan minyak sepanjang sisa tahun ini dan tahun depan, dengan tingkat harga yang lebih tinggi yang dihasilkan memperburuk volatilitas pasar dan meningkatkan kekhawatiran keamanan energi," kata IEA.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)