Selain itu, PLN juga sudah mengubah perencanaan pembangunan pembangkit batu bara sebesar 1,1 GW itu menjadi berbasis energi bersih dan 880 MW pembangkit batu bara yang dikonversi menjadi berbasis gas.
"Kita juga menyusun RUPTL yang sangat agresif dalam menambahkan EBT sebesar 20,9 GW atau 51,6 persen penambahan pembangkit dari 2021-2030 itu berbasis EBT. Ini adalah RUPTL yang terhijau dalam sejarah PLN maupun dalam sejarah Indonesia," katanya.
Darmawan menambahkan pada tahun ini dari upaya tersebut PLN mampu menurunkan emisi hingga 35 juta ton. Namun, jika tidak ada upaya maksimal, emisi karbon bisa mencapai 240 juta ton.
"Ini penting sekali bagaimana semua ini bukan hanya dalam satu high level strategy, tapi bisa diterjemahkan menjadi operasional yang efektif di lapangan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut dia, perlu adanya inovasi teknologi, pembiayaan, dan kebijakan yang memungkinkan energi terbarukan dikembangkan secara besar-besaran.
PLN, lanjut Darmawan, telah mengembangkan peta jalan yang komprehensif untuk mencapai net zero emission pada 2060.
"PLN berkomitmen penuh terhadap emisi nol bersih. Di masa lalu, bisnis utama kami adalah menyediakan listrik bagi pelanggan, namun ke depan tugas utama PLN adalah menjaga lingkungan yang baik dan listrik menjadi salah satu produk bisnis perseroan," sebutnya.
(Feby Novalius)