Namun demikian, sentimen pasar keuangan di tingkat global yang dipicu oleh agresivitas The Federal Reservemembuat mata uang dolar AS menguat terhadap mata uang negara lain, termasuk Garuda.
“Yang perlu diperhatikan, kondisi yang terjadi bukan rupiah satu satunya mata uang yang melemah terhadap dolar AS, tetapi dolar AS yang menguat terhadap mata uang di seluruh dunia, termasuk mata uang negara maju,” kata Josua.
Namun demikian, menurutnya, adanya perkirakan bahwa The Fed tidak akan seagresif tahun ini, akan membuat tekanan dolar AS terhadap nilai mata uang Asia, termasuk Indonesia akan relatif terbatas pada tahun depan.
Dengan demikian, seiring dengan fundamental ekonomi Indonesia yang tetap solid, Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan relatif stabil berada di kisaran Rp15.400 - Rp15.600 per dolar AS pada 2023.
(Taufik Fajar)