"Memang dengan kondisi dunia yang sedang sibuk atau fokus memerangi inflasi, yang kemudian diwujudkan dengan kenaikan suku bunga, akan menyebabkan perlemahan dari kinerja ekonomi negara-negara destinasi ekspor kita. Sehingga, kita juga harus mewaspadai pengaruhnya kepada kinerja ekspor kita ke depan," tambah Sri.
Dari sisi impor hingga November 2022, jumlah volume dan value dari ekspor RI mencapai USD18,96 miliar.
Angka ini terkontraksi 1,9% yoy, namun kalau dilihat secara ytd, pertumbuhannya adalah 24,5%. Kalau dilihat dari level impor dan ekspornya, maka neraca perdagangan ekspor dikurangi impor untuk merchandise barang mencapai surplus USD5,16 miliar, yang kemudian menjadi surplus 30 bulan berturut-turut.
Jika dihitung untuk tahun 2022 saja di periode Januari hingga November, surplus neraca perdagangan RI mencapai USD50,59 miliar. Angka ini kemudian lebih besar dibandingkan tahun lalu yang juga sudah mengalami surplus Januari-November sebesar USD34,4 miliar.
"Ini adalah hal yang positif dari perekonomian kita, yaitu sektor eksternal memberikan sumbangan ekspor lebih besar daripada impor dan ini berkontribusi terhadap pertumbuhan kita, meskipun kita tetap waspada bahwa perkembangan lingkungan global yang cenderung akan melemah dan kita juga melihat mtm-nya sudah mulai menunjukkan adanya indikasi pelemahan growth ini," pungkas Sri.
(Zuhirna Wulan Dilla)