3. Resign Karena Mau Sekolah Lagi
Komitmen untuk sekolah S2 bahkan S3 itu sangat tinggi. Apalagi jika ambil studi yang agak “sulit”, potensi gagalnya luar biasa besar.
Checklistnya:
- Pertimbangkan untuk mengajukan Leave on Absence.
- Belajar hidup dengan budget yang baru, terutama jika sudah punya keluarga.
- Pikirkan apakah perlu gelar akdemis atau cukup short executive course dengan durasi pendek (jadi ga perlu resign)
4. Resign Karena Marah
Jika emosi sudah ga bisa dibendung, maka lakukan ini.
- Pastikan kamu membaca poin kontrak kerja dengan baik. Jangan minta sesuatu yang bukan hak, meski senior-senior kamu mendapatkannya. Kebijakan bisa berubah.
- Jangan resign hanya karena emosi semata yang bisa disesali nantinya.
- Jangan burn bridges! Ingatlah bahwa hidup kita tidak ada yang paham arahnya gimana. Bisa jadi, yang dulu kita benci malah menjadi penolong di masa depan.
Bocoran dari bunZ, aku paling anti kerja bareng orang yang jelek-jelekin tempat kerja lama atau bosnya. Sorry aja deh, jika kamu bisa gitu ke orang lain, artinya kamu juga bisa gitu ke tempat kerja baru.
5. Resign Karena Butuh upgrade (title, challenge, & money)
Upgrade diri dengan mengambil role yang lebih banyak tanggung jawab dapat penghasilan lebih adalah wajar sebagai karyawan. Tapi, kalo kutu loncat itu beda lagi, karena motivasinya murni uang, jadi I would take pak Gaji’s view on this.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)