Untuk pemasaran, Theo dan istrinya lebih banyak menjual produknya kepada penjual kerajinan yang membuka lapak di Malioboro, ataupun penjual-penjual dari luar kota seperti Solo, Bandung, Makasar dan sebagainya.
"Kita lebih fokus jual ke reseller. Untuk direct selling kita nggak terlalu banyak, ada beberapa saja," jelasnya.
Theo menjelaskan untuk proses pembuatan kerajinan ia tak bekerja sendiri.
Dia dibantu oleh tiga orang karyawan yang bertugas melakukan pengecetan, dan proses pembentukan kerangka miniatur.
"Untuk satu bulan, rata-rata bisa memproduksi sekitar 100 sampai 200 miniatur," ucapnya.
"Jadi kita hanya proses perakitan, bubut, pewarnaan sama membuat lukisan. Kalau untuk cetak bahan mentahnya kita lempar ke pengrajin lain," katanya.
Tidak hanya miniatur, di rumah produksi Walidi Craft juga memproduksi alat ibadah umat Kristiani seperti lonceng dan tempat lilin.
Meski kerajinan yang ia buat telah terjual hingga luar negeri, Theo mengaku cukup kesulitan dalam hal produksi.