"Kami sudah mengincar BBM Rusia sejak Desember. Harganya murah dan tidak memerlukan kuota impor (mentah)," kata seorang eksekutif di kilang swasta di Provinsi Shandong timur.
Sebagai informasi, perusahaan kilang swasta China ini belum menerima kuota minyak mentah dari Beijing selama sekitar satu tahun terakhir. Akibatnya, mereka harus membeli sebagian besar bahan bakar langsung untuk memproduksi solar dan bensin, kata eksekutif tersebut. Ia menolak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Data resmi bea cukai menyebutkan bahwa total impor bahan bakar minyak China melonjak menjadi sekitar 1,76 juta ton pada Desember, tertinggi sejak September 2021.
Kenaikan volume itu didorong oleh lonjakan pengiriman dari Malaysia ke level tertinggi lebih dari satu tahun di angka 620.000 ton. Impor bulanan dari Uni Emirat Arab naik menjadi 471.000 ton, tertinggi dalam dua tahun.
Impor BBM langsung dari Rusia turun menjadi 187.000 ton pada Desember setelah mencapai puncaknya pada 554.000 ton pada Oktober. Total impor BBM dari Rusia meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun ke tahun menjadi 3,1 juta ton pada 2022.
"Diskon besar yang ditawarkan mendorong tren (kenaikan) karena kilang swasta sensitif terhadap harga. (Perekonomian) China masih belum pulih, dengan permintaan domestik untuk bahan bakar olahan tidak menentu," kata Analis Senior Refinitiv, Emril Jamil untuk minyak mentah dan bahan bakar.
"Tren ini akan berlanjut dengan larangan Uni Eropa (pada 5 Februari), dengan semua outlet alami di Eropa ditutup. Asia akan terus menyerap barel (BBM) Rusia yang lebih murah selain minyak mentah," tambahnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)