BPS: Impor Februari 2023 Turun Jadi USD15,92 Miliar

Advenia Elisabeth, Jurnalis
Rabu 15 Maret 2023 12:27 WIB
Impor Februari turun di februari (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Februari 2023 mengalami penurunan menjadi USD15,92 miliar. Impor RI turun 13,68% dibandingkan Januari 2023 atau atau turun 4,32% dibandingkan Februari 2022.

Deputi Bidang Statistik Produksi, M. Habibullah merinci, impor migas Februari 2023 tercatat mencapai USD2,41 miliar atau turun 17,19% dibandingkan Januari 2023 atau turun 17,08% dibandingkan Febuari 2022.

Penurunan impor migas ini dikarenakan turunnya minyak mentah sebesar 45,39%, dan hasil minyak sebesar 8,20%.

"Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan impor bulan Februari memiliki pola yang sama, yaitu tren menurun secara m-to-m," ujar Habibullah dalam rilis resmi BPS di Jakarta, Rabu (15/3/2023).

Di samping itu, pertumbuhan impor Februari 2023 secara y-on-y mengalami kontraksi setelah sempat menguat pada Januari 2023.

Lebih lanjut Habibullah melaporkan, untuk impor nonmigas Februari 2023 tercatat senilai USD13,51 miliar atau turun sebesar 13,03% dibandingkan Januari 2023 atau turun 1,63% dibandingkan Februari 2022.

Ia menerangkan, penurunan impor nonmigas Februari 2023 didorong oleh beberapa komoditas. Seperti mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar USD355,4 juta atau turun 15,22%. Kemudian mesin peralatan mekanis dan bagiannya turun 7,27%.

Sedangkan peningkatan terbesar adalah bijih logam, terak, dan abu senilai USD111,1 juta atau meningkat 249,87%.

Dilihat dari negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2023 Habibullah, diterangkan Habibullah didominasi oleh tiga negara yaitu Tiongkok USD9,36 miliar (32,22%), Jepang USD2,77 miliar (9,53%), dan Thailand USD1,79 miliar (6,17%). Impor nonmigas dari ASEAN USD4,99 miliar (17,17%) dan Uni Eropa USD2,01 miliar (6,91%).

"Sementara, menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Februari 2023 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal USD317,3 juta (5,87%) dan barang konsumsi USD178,6 juta (6,42%), namun bahan baku/penolong turun USD983,5 juta (3,69%)," pungkasnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya