Menilik kembali, diketahui gedung kosong dan terkenal angker tersebut pernah berfungsi sebagai pusat perkantoran. Nama yang diberikan pada gedung ini pun diambil dari nama pemiliknya, Saidah Abu Bakar Ibrahim.
Menara yang lokasinya bersampingan dengan rel kereta stasiun Cawang ini, memiliki ciri khas gedung yang unik.
Kekhasan gedung Menara Saidah terlihat dari desain patung-patung bernuansa Romawi yang diimpor dari Italia. Desain interiornya pun menggunakan "sentuhan Las Vegas" dengan langit-langit bagian lobi yang nuansanya bisa diganti.
Gedung ini memiliki 24 lantai (2 basement, 2 semi-basement). Menara Saidah dibangun pada tahun 1995 hingga 1997 oleh PT Hutama Karya dan merupakan gedung tinggi pertama yang dibangun oleh kontraktor tersebut.
Awal mula gedung yang belum dibangun ini dimiliki oleh PT. Mustika Ratu atas nama Mooryati Soedibyo. Namun pada tahun 1995, kepemilikan gedung ini dilelang dan lelang ini dimenangkan oleh anak kelima keluarga Saidah Abu Bakar Ibrahim, dan kemudian berpindah tangan ke anak bungsunya, Fahmi Darmawansyah.
Pada tahun 2007, gedung ini resmi ditutup untuk umum, alasannya karena kontruksi dari bangunan yanh tidak tegak dan miring beberapa derajat sehingga dianggap membahayakan keselamatan penghuni gedung.
Konstruksinya juga sebenarnya sudah dianggap bermasalah sejak awal, namun dari pihak pemilik maupun Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) tak ada yang bersedia memberikan penjelasan.
Kemudian setelah ditinggalkan begitu saja, mulai muncul isu dan pengakuan masyarakat mengenai kejadian menyeramkan yang membuat gedung ini menjadi sorotan, khususnya sosok pemilik Menara Saidah yang sekarang.
(Dani Jumadil Akhir)