JAKARTA — BuzzFeed Inc (BZFD.O) mengatakan akan menutup divisi beritanya. Sehingga, perusahaan media tersebut akan memberhentikan sekitar 180 karyawan atau sekitar 15% karyawan.
Di mana mereka yang terdiri dari divisi bisnis, konten, teknologi dan administrasi.
BACA JUGA:
Kepala Eksekutif BuzzFeed, Jonah Peretti mengatakan, keputusannya untuk berinvestasi secara berlebihan di BuzzFeed News merupakan keputusan yang tidak tepat lantaran perusahaan media digital menghadapi tantangan keuangan yang serius, termasuk kemerosotan dalam pengeluaran iklan.
"Ini membuat saya lambat untuk menerima bahwa perusahaan kesulitan menghasilkan uang dari berita online dengan distribusi yang didominasi oleh platform teknologi besar," ujar Kepala Eksekutif BuzzFeed, Jonah Peretti dilansir Reuters, Jumat (21/4/2023).
BACA JUGA:
Saham BuzzFeed turun 20% hingga 75 sen setelah perusahaan media yang berbasis di New York mengatakan akan menghentikan situs beritanya. Perusahaan disebut akan berfokus pada HuffPost, yang diakuisisi BuzzFeed pada 2 tahun lalu.
Unit berita BuzzFeed yang didirikan pada tahun 2011, dinilai gagal menemukan model bisnis yang berfungsi dengan baik. Seperti outlet media digital lainnya, ketergantungannya pada iklan membuatnya rentan terhadap penurunan karena pengiklan mulai beralih ke TikTok dan platform media sosial lainnya.
"Pengiklan berhati-hati dengan pengeluaran mereka dan mencari cara untuk memaksimalkan efisiensi dan pengembalian investasi mereka," ujar kepala investasi di Running Point Capital Advisors, Michael Ashley Schulman.
Staf yang terkena dampak akan dipertimbangkan untuk peran terbuka di situs utama BuzzFeed.com, serta di HuffPost. CEO mengatakan HuffPost menguntungkan dan memiliki pembaca yang setia.
Sebagai bagian dari restrukturisasi, perusahaan mengatakan Chief Revenue Officer, Edgar Hernandez dan Chief Operating Officer, Christian Baesler telah memutuskan untuk pergi dari perusahaan. Presiden Marcela Martin akan segera mengambil alih semua fungsi pendapatan.
Adapun divisi berita Buzzfeed pernah dipandang sebagai kompetitor serius bagi perusahaan media terdahulu.
Perusahaan bahkan melejit dengan memenangkan Hadiah Pulitzer pada tahun 2021 untuk liputan penahanan massal yang dilakukan China terhadap Muslim.
(Zuhirna Wulan Dilla)