JAKARTA - Pemerintah Indonesia bersama dengan Pemerintah Malaysia, Singapura dan Jepang kumpul bareng bahas keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Hal ini dibahas dalam pertemuan 3rd Extraordinary Session of Implementation Committee Meeting on the Joint Hydrographic Survey of the Straits of Malacca and Singapore yang diselenggarakan oleh Malacca Straits Council (MSC) bertempat di Hotel M Singapura.
Pertemuan yang diselenggarakan selama 2 hari sejak hari ini sampai dengan besok (27/4/2023) diselenggarakan untuk membahas implementasi peningkatan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura yang merupakan hasil kerja sama yang kuat antara Pemerintah Indonesia, Malaysia, Singapura, Jepang, dan MSC, di bawah mekanisme Pasal 43 UNCLOS.
BACA JUGA:
Kegiatan yang diinisiasi pada Pertemuan TTEG ke-39 di Langkawi, Malaysia pada tahun 2014 ini dibagi ke dalam 2 tahap.
Tahap pertama adalah pelaksanaan survei hidrografi di 5 area kritis di Selat Malaka dan Selat Singapura dan telah berhasil dilaksanakan pada tahun 2015.
Sementara tahap kedua dilaksanakan untuk melakukan survei hidrografi di sepanjang Skema Pemisahan Lalu Lintas di Laut (TSS) yang memiliki kedalaman kurang dari 30 meter. Tahap kedua ini dilaksanakan mulai 2017 hingga tahun 2020, yang kemudian diperpanjang hingga tahun 2023 karena pandemic Covid-19.
Pada pertemuan ini, Delegasi Indonesia yang terdiri dari perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Pushidrosal dipimpin oleh Kasubdit Perambuan dan Perbengkelan Direktorat Kenavigasian Yudhonur Setyaji P.
Sedangkan Delegasi Malaysia dipimpin oleh Arumugam, Delegasi Singapura dipimpin oleh Thai Low, Delegasi MSC dipimpin oleh Kenji Nagamatsu, Delegasi Japan Hydrographic Association dipimpin oleh Tomokata Ito, dan Delegasi Aero Asahi Corporation dipimpin oleh Shouichi Kokuta.
Yudho mengatakan, proyek survei hidrografi bersama ini merupakan inisiatif penting untuk meningkatkan keselamatan navigasi dan perlindungan lingkungan laut di Selat Malaka dan Selat Singapura.
“Dengan melakukan survei ini, kita bisa memperoleh informasi yang akurat dan terkini tentang kondisi dasar laut dan kedalaman air di Selat Malaka dan Selat Singapura yang tentunya sangat penting untuk penyelenggaraan navigasi yang aman, pengelolaan pelabuhan, serta perlindungan lingkungan laut,” ujar Yudho dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (26/4/2023).