Perlambatan ekonomi ini mencerminkan dampak dari kebijakan agresif Fed, alias Bank Sentral AS, untuk menjinakkan inflasi, di mana badan itu memberlakukan sembilan kali kenaikan suku bunga tahun lalu.
Melonjaknya biaya pinjaman ini diduga akan menyebabkan ekonomi masuk ke dalam resesi tahun ini.
Meskipun telah mereda dari rekor tertinggi selama empat puluh tahun terakhir, tingkat inflasi masih berada di atas target Fed sebesar 2%.
Pasar perumahan, yang khususnya rentan terhadap suku bunga pinjaman yang lebih tinggi, telah terpukul.
Banyak bank memperketat standar pinjaman mereka sejak kegagalan dua bank besar AS bulan lalu, sehingga semakin sulit untuk membeli rumah maupun mobil, atau memperluas bisnis.
“Ekonomi tidak memiliki momentum untuk melangkah maju pada awal tahun ini,” kata Andrew Hunter dari Capital Economics.
“Kita masih terus mengalami tekanan suku bunga tinggi dan kondisi pengetatan kredit sehingga mendorong ekonomi ke dalam sebuah resesi yang ringan sebentar lagi,” tambahnya.
(Taufik Fajar)