JAKARTA - PT Hutama Karya (Persero) menyatakan pembangunan Bendungan Ameroro Paket II di Sulawesi Tenggara mencapai 70%.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Tjahjo Purnomo, mengatakan finalisasi pembangunan bendungan tersebut ditargetkan rampung pada akhir 2023.
“Kami menargetkan Bendungan Ameroro akan rampung akhir tahun 2023. Secara keseluruhan progres sudah lebih cepat dari master schedule yang telah ditentukan, ini menjadi prestasi tersendiri bagi HK,” ujar Tjahjo dalam keterangan pers, Jumat (28/4/2023).
Pembangunan Bendungan Ameroro dimulai sejak 2020 untuk Paket I dan Paket II dikerjakan pada 2021 dengan total anggaran sebesar Rp 1,6 triliun. Adapun pengerjaan melalui skema kerja sama operasi (KSO) dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Bendungan Ameroro masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Pasalnya, keberadaan bendungan diyakini mendukung program ketahanan pangan dan ketersediaan air, dan akan menjadi bendungan kedua di Konawe, Sulawesi Tenggara.
“Bendungan Ameroro nantinya akan memiliki kapasitas tampung 54,15 juta m3 dengan luas genangan 244,51 Ha yang berpotensi menambah layanan daerah irigasi seluas 3,363 Ha,” katanya.
Hutama Karya berharap dengan selesainya pembangunan Bendungan Ameroro dapat meningkatkan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian dapat terus terjaga, tersedianya air baku, tersedianya energi listrik sebesar 1.365 KWH, mereduksi banjir dan bisa menjadi salah satu objek pariwisata bagi masyarakat sekitar.
Dalam proses konstruksi, lanjut Tjahjo, pihaknya melakukan pekerjaan persiapan, pekerjaan jalan akses dan jembatan, pekerjaan hydro mekanikal dan elektrikal, pekerjaan bangunan fasilitas dan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) dengan mengusung konsep green constructions.
Adapun saat ini sudah tahap penyelesaian pekerjaan main dam, spillway, bangunan fasilitas, landscape serta clearing area genangan.
“Mendukung konsep green constructions, dalam pengerjaannya, Hutama Karya berinovasi dengan menggunakan metode hydroseeding yang mencampur bibit tanaman kacang-kacangan dengan pupuk, bahan perekat dan pupuk kompos di campur di dalam mesin agitator agar bisa digunakan pada permukaan tebing," ucap dia.
(Taufik Fajar)